MEMANG ada suasana lain. Misalkan, bila dibanding pergelaran
Orkes Simfoni Jakarta (OSJ). Mereka, pa4a anggota Orkes Simfoni
Remaja (OSR) yang tampil Kamis pekan lalu di Teater Tertutup
Taman Ismail Marzuki, nampak santai. Juga kostum, yang
warnawarni itu, seperti hendak sengaja menampilkan warna
keremajaan.
Pergelaran ke-20-an kalinya ini, terasa tak jauh berbeda
dengan yang telah lalu. Karya Haydn, Vivaldi, Mozart atau Brahms
tetap saja dibawakan dengan aransemen sederhana. Bahkan karya
Mochtar Embut, Iseng-iseng dan Senja di Pelabuhan Ratu, juga
karya Gesang Benga7an Solo, hanya tampil pas-pasan saja.
Artinya, boleh dibilang OSR hanya membawakan lagunya, tanpa
permainan aransemen yang memikat.
Apa boleh buat, barangkali begitulah kodrat setiap kelompok
kegiatan remaja. Kesatuan dan kekompakan sulit dijaga--sepertinya
harus selalu mulai dari awal. Ada, masanya, bagi anggotanya,
keremajaan itu telah lewat dan mereka harus keluar. Sementara
muncul anggota baru yang masih harus menyesuaikan diri. OSR ini
misalnya, menurut pianis Rudy Laban, 40-an tahun, Penanggung
Jawab Artistik OSR, tiap tahun tentu 67 anggota mengundurkan
diri. "Biasanya karena mereka telah lulus SMA, pindah kuliah
ke kota lain," tuturnya.
Mungkin dengan pertimbangan itulah, OSR sengaja tak membina
pemain solis tertentu. Semua saja, pada dasarnya, diberi
kesempatan sebagai solis.
Didirikan 5 tahun yang lalu berkat dorongan Ali Sadikin,
Gebernur DKI Jakarta waktu itu, OSR tetap bertahan dengan 30-50
anggota. Kini, anggota termuda berusia 9 tahun, tertua 22 tahun,
dan sebagian besar antara 14-17 tahun.
Tahun lalu OSR pernah dicoba mengadakan pergelaran gabungan
dengan OSJ. I lasilnya tak begitu mengecewakan, meski waktu itu
masalah yang dihadapi ialah mencari komposisi yang scsuai dengan
kemampuan OSR, tapi yang tak terlalu ringan bagi OSJ. Dan hingga
hari ini pergelaran gabungan belum dicoba lagi.
Kami Tahu Diri
Salah satu tujuan dibentuknya OSR dulu, memang guna
menyiapkan kader bagi OSJ. Tapi 5 tahun sudah berdiri, baru dua
orang yang masuk OSJ: Reno pemain biola dan Hendra pemain hobo.
Kecuali soal anggota, OSR memang agak susah mencari dana.
Dari Pemda DKI hanya sekali rnendapat bantuan, 5 tahun yang
lalu. "Terpaksa saya sikut sana-sini," tutur pianis Iravati
Sudiarso, Penanggung Jawab Umum OSR. Untunglah, beberapa orang
tua anggotanya mau juga membantu sedikit-sedikit.
Dan orang pun menduga, perkara dana itulah yang menghalangi
OSR untuk ikut festival simfoni remaja internasional di London,
Agustus tahun depan. "Ah, tidak," bantah Rudy Laban. "Kami tahu
diri. Kemampuan OSR masih terbatas pada karya-karya ringan
dengan aransemen sederhana. Malu dong, tampil di festival
internasional dengan karyakarya ringan."
Orkes semacam ini memang tak bisa amat diharapkan jadi
tempat prestasi. Tapi, dengan orkes anak-anak toh tak akan
berkeliaran dan berkelahi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini