Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

12 Tahun Kepergian Si Burung Merak W.S. Rendra, Belajar Hidup Bukan Akting

Penyair berjuluk Si Burung Merak W.S. Rendra meninggal pada 6 Agustus 2009, dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di Bengkel Teater, Depok.

6 Agustus 2021 | 11.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto File: W.S Rendra membaca puisi dalam konser Suluk Hijau di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008. TEMPO/Dimas Aryo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Willibrordus Surendra Broto, lebih akrab dipanggil Rendra atau W.S. Rendra, meninggal pada 6 Agustus 2009, dalam usia 73 tahun. Menurut Maryam Supraba, saat itu, salah satu anak WS Rendra, almarhum meninggal karena penyakit jantung. Sudah berselang 12 tahun sejak ia wafat, tidak hanya keluarga, tapi Indonesia kehilangan sosok dengan julukan Si Burung Merak.

Ia dimakamkan di Kompleks makam Bengkel Teater di Depok, Jawa Barat, memang sengaja dibuat Rendra untuk para seniman yang wafat. Selain Mbah Surip, beberapa seniman yang dimakamkan di kompleks tersebut antara lain, aktris bengkel teater Ria Rumondang Pardede dan perupa Semsar Siahaan.

Liang kubur Wahyu Sulaiman Rendra atau WS Rendra terletak di belakang makam Mbah Surip. Kompleks makam Bengkel teater berbentuk seperti undak-undakan atau tangga. Jika makam Mbah Surip berada di tangga pertama, maka makam WS Rendra berada satu tingkat di atasnya.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, meninggalnya Rendra banyak yang kehilangan kepergiannya. Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun ketika itu memimpin acara ucapan belasungkawa dari para sahabat Rendra dan kerabat Rendra.

Cak Nun mengatakan, Allah sangat menyayangi Rendra sehingga ia dipanggil dalam hari yang indah yakni pada malam Jumat di saat bulan purnama bersinar terang. "Saya tidak pernah melihat seniman yang dipanggil pada bulan purnama sedang terang-terangnya," ujarnya.

Ucapan belasungkawa kepada Rendra ketika itu juga hadir dari pekerja seni asal Kota Palembang. Mereka juga melakukan doa bersama. Jaid Saidi yang pernah berperan sebagai Pangeran Bindi dalam lakon Panembahan Reso di Istora Senaya pada 1986 mengatakan, gurunya itu bukan mengajarkan akting, tapi dia mengajarkan soal hidup. “Dia mengajarkan kita bagaimana menikmati dan memaknai hidup dengan hati yang tulus, jujur,” kata Jaid.

Tidak hanya dari kalangan budayawan dan sastrawan, Pengacara senior Adnan Buyung Nasution menilai sosok almarhum WS Rendra sebagai sosok yang berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih. Adnan Buyung juga menganggap Rendra sebagai guru. "Dia (Rendra) ajarkan saya agar jangan takut susah ketika sedang berjuang," ujarnya.

Hatta Rajasa, Menteri Sekretaris Negara yang menjabat era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu juga menyampaikan dukacitanya atas kepergian penyair tenar yang dijuluki si burung merak itu. Menurut dia, sosok Rendra adalah seorang kritis yang berani mengkritisi pemerintah pada masa itu. “Saya melihat beliau sangat kritis pada zaman yang tidak banyak orang mengkritisi, saking takutnya waktu itu. Tapi Rendra melalui karya-karya budayanya melakukan kritik yang luar biasa,” kata dia.


GERIN RIO PRANATA 

Baca: W.S. Rendra "Si Burung Merak" Tutup Usia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus