Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

4 Dewa yang Paling Dihormati saat Imlek

Sejumlah dewa dipuja saat Imlek. Ada dewa kekayaan, dewa dapur hingga dewa tungku.

30 Januari 2025 | 09.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Umat membersihkan rupang di altar utama vihara Darma Ramsi, Bandung, Jawa Barat, 24 Januari 2025. Umat mulai membersihkan altar sembahyang dan membersihkan patung Budha termasuk mencuci dan membersihkan rupang atau patung dewa dewi menjelang hari raya Imlek 2575. Prosesi ini adalah bentuk penghormatan pada leluhur. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Imlek tidak hanya identik dengan lampion, angpao, dan hidangan khas Tionghoa, tetapi juga terkait kepercayaan terhadap dewa-dewa yang diyakini membawa keberuntungan. Dalam tradisi Tionghoa, beberapa dewa sering dihormati selama Imlek, masing-masing melambangkan harapan baik untuk tahun yang baru.  

Salah satu yang paling populer adalah Dewa Caishen, dewa kekayaan yang namanya kerap disebut dalam doa dan perayaan Imlek. Banyak orang berharap mendapat berkah darinya agar rezeki mereka semakin lancar di tahun yang baru. Namun, selain Caishen, ada juga beberapa dewa lain yang memiliki peran penting dalam perayaan Imlek. 

Caishen (Dewa kekayaan)

Melansir dari Encyclopedia Britannica, Caishen dalam kepercayaan Tionghoa adalah dewa kekayaan yang sangat populer dan diyakini luas dapat memberikan rezeki kepada para umat yang memujanya, melalui para pelayannya. Setiap perayaan Tahun Baru Imlek yang berlangsung selama dua minggu, dupa dibakar di kuil Caishen, terutama pada hari kelima bulan pertama dalam kalender lunar. Selain itu, masyarakat Tionghoa saling bertukar ucapan selamat tahun baru tradisional atau “Gong Xi Fa Cai” yang berarti "Semoga kamu menjadi kaya”.

Dalam catatan sejarah mengidentifikasi Caishen sebagai Bi Gan, yakni seorang yang dihukum mati atas perintah Zhou Xin, sang kaisar Dinasti Shang terakhir. Kaisar marah karena seorang kerabat harus mengkritik kehidupannya yang tidak sopan. 

Diceritakan karya sastra kuno berjudul “Fengshen Yanyi”, Zhao Gongming, seorang pertapa menggunakan sihir untuk membantu Dinasti Shang yang sedang runtuh, sekita abad ke-12 SM. Jiang Ziya adalah seorang pendukung Dinasti Zhou yang membunuh Zhao melalui rapalan mantra. Namun, Jiang Ziya mendapat teguran ketika di Kuil Yuan Shi. Ia lantas meminta maaf dan memuji kebajikan Zhao. Jiang Ziya mengangkat Zhao sebagai Caishen, dewa kekayaan, serta menjadikannya kepala Kementerian Kekayaan (dalam beberapa versi cerita membalikkan kesetiaan dinasti antara Zhao dan Jiang). 

Men Shen (Dewa penjaga)

Dalam agama Tionghoa, Men Shen adalah dua dewa penjaga pintu. Dikutip dari Britannica, gambar dewa ini biasa dipasang pada masing-masing sisi pintu depan rumah-rumah pribadi untuk melindungi dari roh jahat (guei). Sebuah tradisi menceritakan bahwa dua jenderal Dinasti Tang berjaga di gerbang kekaisaran selama penyakit serius yang dialami oleh Kaisar Tai Zong (memerintah 626–649) dan sangat terganggu oleh roh-roh jahat. 

Kehadiran mereka sangat efektif dan membawa pengaruh positif. Hal ini membuat sang kaisar memerintahkan agar gambar mereka dipasang secara permanen di gerbang. Pada waktu berikutnya, Men Shen tambahan ditambahkan untuk menjaga pintu belakang. Tradisi ini menyebar dengan cepat ke seluruh Tiongkok. Selama perayaan Tahun Baru, gambar-gambar tersebut diperbarui dengan warna-warna cerah.

Zao Shen (Dewa dapur) 

Zao Shen dalam agama Tionghoa, merujuk pada artikel dari Encyclopedia Britannica, adalah Dewa Dapur (secara harfiah: dewa tungku). Dewa ini diyakini melaporkan perilaku keluarga kepada dewa-dewa langit dan memiliki kekuatan untuk memberikan kemiskinan atau kekayaan pada keluarga tertentu. 

Zao Shen juga sebagai pelindung rumah dari roh jahat, ketidakhadirannya dianggap membuat rumah lebih rentan terhadap gangguan roh jahat. Identitas Zao Shen dalam kehidupan dan sejarah kultusnya tidak jelas. Dewa dapur ini juga sering disamakan dengan Huo Shen (dewa api) dan dengan Zao Jun "Pangeran Tungku".

Zao Jun (Dewa tungku) 

Zao Jun dalam agama Tionghoa disebut juga "Pangeran Tungku" yang memiliki kekuatan magis dalam alkimia untuk menghasilkan peralatan makan emas yang memberikan keabadian kepada pemakannya. Encyclopedia Britannica menulis, Kaisar Han Wudi diyakini telah dibohongi oleh mistikus Li Shaojun dan mempersembahkan pengorbanan pertama kepada Zao Jun. Namun, setelah Li memberikan pesan rahasia melalui seekor banteng, yang akhirnya terungkap sebagai tipu daya, kaisar memerintahkan eksekusi. 

Zao Jun sendiri dipercayai mengawasi tungku yang menghasilkan emas sebagai sarana keabadian. Pada masa Kaisar Han Xuandi, Zao Jun dikatakan muncul dalam wujud manusia sebagai Chan Zifang, yang mengenakan pakaian kuning dan rambut kusut. Terkesan dengan penampilannya, kaisar mempersembahkan domba untuk menghormatinya. Kemudian, sekitar abad ke-7 Masehi, Zao Jun diidentifikasi dengan Zao Shen (Dewa Dapur), dan akhirnya disamakan dengan Huo Shen (Dewa Api)

Dalam perayaan Imlek, kehadiran dewa-dewa ini mencerminkan harapan akan keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang baru. Kepercayaan ini tidak hanya menjadi bagian dari tradisi, tetapi juga simbol doa dan harapan bagi masyarakat Tionghoa untuk kehidupan yang lebih sejahtera.

Pilihan Editor: Tradisi Cuci Patung Dewa Menjelang Imlek 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus