Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

5 Destinasi Wisata yang Bikin Anda Melupakan Ponsel

Indonesia banyak memiliki spot-spot destinasi wisata yang indah. Di antaranya, membuat wisatawan terbebas dari rutinitas, ponsel, dan media sosial.

5 Maret 2020 | 13.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki beragam destinasi wisata epik, yang justru bukan destinasi mainstreamMenjangkaunya pun sulit. Selain jaraknya jauh dan lokasinya terpencil, spot wisata itu juga tak memiliki sinyal ponsel yang memadai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun justru itulah puncak kenikmatannya. Anda bisa sejenak melupakan rutinitas kantor atau relaks menikmati alam. Nah, berikut destinasi yang membuat wisatawan bisa dekat dengan alam dan melupakan ponsel untuk beberapa waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Danau Sentarum

Danau Sentarum merupakan episentrum Taman Nasional Danau Sentarum, di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Popularitasnya mendunia, pasalnya inilah salah satu danau musiman yang unik.

Danau Sentarum saat musim hujan digenangi air, dan menjadi tempat bagi ikan-ikan endemik, salah satunya ikan arwana merah. Pada musim itu, danau ini berfungsi sebagai cadangan air bagi Sungai Kapuas. Sebaliknya, saat musim kemarau air danau menyusut, mengubah paras danau menjadi lapangan reruputan dengan kolam-kolam kecil berisi ikan. Air Danau Sentarum pada musim kemarau mengalir perlahan mengisi Sungai Kapuas.

Taman Nasional Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat yang ditetapkan menjadi taman nasional sejak 1999. Luasnya mencapai 1.320 kilometer persegi. (heartofborneo.or.id)

Panorama Taman Nasional Danau Sentarum mencapai titik keindahan tertinggi pada saat musim hujan. Menampilkan danau luas dengan pulau-pulau kecil, yang dikitari pepohonan lebat. Masyarakat Suku Dayak Iban, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan, tinggal di sekitar danau. Kehidupan mereka bergantung kepada pelestarian Danau Sentarum.

Untuk mencapai Danau Sentarum, dibutuhkan waktu 14 jam dari Kota Pontianak melalui perjalanan darat dan air. Rutenya, Pontianak-Sintang-Semitau. Lalu, dari Semitau menuju ke lokasi menggunakan perahu motor jurusan Lanjak. Bila memilih jalur udara, berangkat dari Pontianak menuju Putussibau sekitar dua jam. Lalu dari Putussibau ke Nanga Suhaid, dilanjutkan dengan longboat sekitar tujuh jam. Begitu sampai, kelelahan Anda terbayar. Dan sinyal ponsel yang lemah, membuat liburan wisatawan kian sempurna.

Pantai Ora

Tak perlu ke Maladewa atau Pulau Bora-Bora, Polynesia, bila ingin menikmati kesunyian pantai. Atau merasakan menginap di resor-resor berbentuk rumah panggung, yang menjorok ke lautan. Cobalah menyepi ke Pantai Ora. 

Pantai ini memang bukan destinasi wisata mainstream. Jarak tempuhnya terbilang lumayan jauh. Wisatawan harus menempuh perjalanan Jakarta-Ambon sekitar 3,5 jam. Dari Bandara Pattimura, dilanjutkan menuju Pelabuhan Hurnala di Desa Tulehu. Dari Desa Talehu, lalu naik speedboat menuju Pulau Seram – dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.

Ora Beach Resort, destinasi wisata tersembunyi di sekitar Pulau Seran. Foto: @ahmad_hasanela

Dari Pelabuhan Amahai di Pulau Seram, dilanjutkan dengan berkendara selama 2 jam menuju ke Desa Sawai. Perjalanan memang hamper berakhir. Kini, dilanjutkan dengan perahu kecil menuju pulau kecil tersembunyi, lokasi Ora Beach Resort. Biasanya wisatawan bermalam dulu di Desa Sawai, lalu pada pagi hari menuju Pantai ora.

Biaya sewa di Ora Beach Resort tak dipatok per kamar. Namun dihitung per orang. Namun semua biaya itu sudah termasuk makan tiga kali sehari dan perjalanan dari Pelabuhan Tulehu (Desa Sawai) ke Pantai Ora. Namun semua kelelahan di perjalanan itu dibayar tunai, dengan air laut bening berwarna tosca. Dengan mata telanjang pun, para tamu bisa menyaksikan ikan dan beragam biota laut lainnya di perairan Pantai Ora.

Pulau Cubadak

Sumatera Barat menyimpan satu spot surge tersembunyi pada Pulau Cubadak. Di pulau itu, wisatawan bisa menikmati ketenangan. Deretan pepohonan – terutama pohon kelapa – memberi suasana teduh pada pasir putih. Sementara lautnya yang bening menawarkan kehidupan bawah laut yang berwarna warni. 

Di pulau itu terdapat Paradiso Village Cubadak yang kerap diinapi wisatawan mancanegara. Sama halnya menginap di Pantai Ora, wisatawan dikenakan biaya per orang bukan per kamar. Sekira US$120 per malam. Harga tersebut sudah termasuk makan pagi, siang, dan malam, sewa peralatan snorkeling, kano, peralatan memancing dan lain-lain. 

Cubadak Paradiso Village di Pulau Cubadak. Foto: @k3vinkm

Lembah Harau

Masih di wilayah Sumatera Barat, Lembah Harau bisa menjadi alternative menyepi, bila laut kurang pas dengan minat pelesiran Anda. Lembah Harau berada di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. 

Lokasinya, sekitar 138 km dari Padang dan sekitar 47 km dari Bukittinggi atau sekitar 18 km dari Kota Payakumbuh dan 2 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Tempat ini dikelilingi tebing batu granit, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Hijaunya pepohonan dan sawah yang mengelilinginya membuat pemandangannya bak lukisan dalam kartu pos atau layer desktop komputer.

Meskipun sinyal ponsel sangat minim – bahkan di beberapa tempat hilang sama sekali – Lembah Harau sangat populer bagi warga Sumatera Barat. Kawasan wisata Harau melingkupi tiga kenagarian yaitu Nagari Harau, Tarantang dan Solok Bio-Bio. Uniknya lagi, objek wisata ununggalan di Harau yang paling populer di Akar Barayun, malah tidak ada sinyal sama sekali: baik untuk telepon maupun internet.

Lembah Harau salah satu destinasi wisata unggulan di Sumatera Barat, yang lanskapnya didominasi dengan sawah dan tebing. Foto: @travelmatesiantar

Taman Nasional Sebangau

Meskipun terdapat sekitar 6.000 orangutan liar di Taman Nasional Sebangau, menemukan mereka bukan perkara gampang. Pasalnya, taman nasional tersebut, bukan penangkaran orangutan namun habitat asli mereka. Jadi, bila tak bertemu orangutan, trekking di dalam hutan juga menyenangkan.

Sebagai destinasi wisata minat khusus, menjangkau Taman Nasional Sebangau merupakan petualangan tersendiri. Berangkat dari Kota Palangkaraya dengan mobil, dibutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk sampai di Pelabuhan Kereng Pakahi. Dari pelabuhan itu, dimulailah perjalanan menyusuri Sungai Kantingan. Lalu perjalanan dilanjutkan ke Sungai Punggualas. 

Sungai Punggualas mudah dikenali. Ditandai dengan air yang berwarna merah kecokelatan – kira-kira seperti Coca Cola -- karena kandungan senyawa asam humus yang cukup tinggi dari pembusukan tanaman di hutan gambut.

Suasana di tengah hutan gambut Taman Nasional Sebangau. Perjalanan menyusuri sungai Punggualas, Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. TEMPO/Chitra Paramaesti.

Trekking jadi pilihan di saat debit air menyusut, terutama saat musim kemarau. Sejatinya, penelusuran hutan gambut bisa menggunakan sampan atau perahu kecil sejak bertemu Sungai Punggualas. Tapi, trekking ataupun menggunakan sampan, sama asyiknya.

Pasalnya, meskipun berjalan kaki beberapa kilometer, rute yang dilalui cukup landai. Pepohonan yang rindang, membuat udara cukup sejuk meskipun berjalan kaki di siang bolong.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus