Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

51 Tahun Pemugaran Candi Borobudur, Berikut Tokoh-tokoh Pemugar Borobudur

Proyek pemugaran Candi Borobudur tidak hanya sekadar memperbaiki bagian-bagian candi yang rusak, pada 51 tahun lalu.

10 Agustus 2024 | 18.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 10 Agustus 1973, pemugaran Candi Borobudur diresmikan Presiden Indonesia, Soeharto. Sebagai keajaiban dunia yang diakui UNESCO, Candi Borobudur adalah sebuah mahakarya arsitektur Buddha terbesar di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dibangun dengan teliti menggunakan batu andesit, candi ini menjulang megah dengan bentuk punden berundak yang semakin mengecil ke atas. Struktur kompleksnya terdiri dari 9 teras, perpaduan unik antara bentuk persegi dan lingkaran yang melambangkan perjalanan spiritual menuju pencerahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan dimensi yang mengagumkan, yakni panjang dan lebar sekitar 121 meter serta tinggi mencapai 35 meter, Candi Borobudur berdiri kokoh sebagai saksi bisu kemegahan peradaban masa lampau. Meskipun pernah terkubur dan rusak, upaya restorasi telah berhasil mengembalikan kejayaan candi ini, menjadikannya salah satu destinasi wisata paling ikonik di Indonesia.

Dilansir dari smkpgri31.sch.id, upaya penyelamatan Candi Borobudur dari kerusakan semakin serius pada 1965 ketika pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Soekmono sebagai Kepala Lembaga Purbakala, memulai proyek pemugaran besar-besaran. Sayangnya, proyek ini harus terhenti di tengah jalan.

Namun, semangat pelestarian tidak padam. Soekmono membawa isu ini ke tingkat internasional melalui Kongres Orientalis di Amerika, berhasil menggugah perhatian dunia, terutama UNESCO

Organisasi dunia ini kemudian berkomitmen penuh untuk membantu Indonesia dalam merestorasi candi megah ini. Dengan dukungan dana dan tenaga ahli dari berbagai negara, proyek pemugaran Borobudur akhirnya dapat dilanjutkan, menandai babak baru dalam upaya pelestarian warisan budaya dunia.

Setelah melalui berbagai pertimbangan dan persiapan, proyek pemugaran besar-besaran Candi Borobudur akhirnya dimulai pada 1973. Dikenal sebagai "Pemugaran ke-2 Candi Borobudur", proyek ini melibatkan ratusan tenaga kerja yang bekerja siang dan malam untuk mengembalikan kejayaan candi ini.

Tahap awal proyek lebih difokuskan pada persiapan infrastruktur dan pembongkaran sisa-sisa pemugaran sebelumnya. Butuh waktu dua tahun penuh sebelum para pekerja benar-benar mulai membongkar tubuh candi itu sendiri. Tahapan ini menjadi fondasi kuat bagi keberhasilan proyek pemugaran yang sangat kompleks ini.

Proyek pemugaran Candi Borobudur tidak hanya sekadar memperbaiki bagian-bagian candi yang rusak, seperti lantai yang melesak dan dinding yang miring, tetapi juga berupaya memecahkan masalah utama yang mengancam kelestarian candi: air hujan. Selama bertahun-tahun, air hujan yang meresap ke dalam struktur candi dan tanah di bawahnya telah menyebabkan kerusakan yang signifikan.

Untuk mengatasi masalah ini, para pekerja membangun sistem drainase yang kompleks. Saluran-saluran air yang dibangun di dalam tubuh candi akan menyalurkan air hujan ke sumur penampungan di kaki bukit. Dengan cara ini, air hujan dapat segera dibuang sehingga tidak sempat merusak struktur candi dan menyebabkan erosi pada tanah di bawahnya.

Salah satu tokoh pemugar Candi Borobudur, Dr I Gusti Ngurah Anom, mengisahkan proses pemugaran Candi Borobudur secara singkat.  Di awal pemugaran, tuturnya, para ahli mencoba melakukan penelitian mengenai penyebab kerusakan pada struktur candi. “UNESCO kemudian mengirimkan ahli untuk meneliti. Ternyata ada dua penyebabnya.

Pertama, air yang masuk ke celah-celah candi, masuk ke dalam candi yang terbuat dari tanah, lalu tanahnya keluar melalui celah batu sehingga fondasinya lesak. Kedua, penyebabnya mikrobiologi. Jadi karena jamur, ganggang, atau kerak,” ujar Anom saat peresmian Prasasti Pelaku Pemugaran Candi Borobudur di Pelataran Kenari, Kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. 

SUKMA KANTHI NURANI  | RINDI ARISKA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus