Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasongan, sebuah desa kecil yang terletak di Bantul, Yogyakarta, terkenal sebagai pusat kerajinan gerabah di Indonesia. Desa ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah panjang kerajinan tanah liat, tetapi juga terus berkembang menjadi ikon kebudayaan yang menggabungkan tradisi dengan inovasi modern.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gerabah Kasongan memiliki ciri khas yang unik dan menjadi salah satu produk seni kerajinan tangan yang diburu oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Seperti yang dikutip dari laman kemdikbud.go.id, gerabah yang terkenal umum dalam masyarakat berubah nama menjadi kasongon seiring dengan aktivitas masyarakat Kasongan yang aktif mengembangkan kerajinan ini di wilayah Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keaktifan masyarakat Kasongan dalam memproduksi dan menjual gerabah membuat Desa Kasongan Bantul menjadi daya tarik pariwisata Yogyakarta dengan mengusung kerajinan gerabah sebagai komoditasnya. Gerabah-gerabah yang dijual berupa perkakas alat rumah tangga hingga aksesoris genting-genting untuk rumah joglo.
Sejarah gerabah Kasongan bermula pada masa kolonial Belanda. Konon, pada masa itu, seorang petani di desa Kasongan menemukan tanah liat yang sangat baik untuk dijadikan bahan dasar pembuatan gerabah. Penemuan ini segera menarik perhatian penduduk setempat yang kemudian mulai membuat berbagai peralatan rumah tangga dari tanah liat tersebut. Kerajinan ini terus berkembang, dan pada akhirnya menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar warga desa.
Seperti yang dilansir dari buku Globalisasi Seni Kerajinan Keramik Kasongan, perkembangan industri gerabah di Kasongan tidak lepas dari pengaruh budaya Jawa yang kaya. Seni dan kerajinan tangan merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa, di mana setiap benda yang dibuat memiliki makna dan filosofi tersendiri. Kerajinan gerabah Kasongan juga mencerminkan hal ini melalui motif dan bentuk yang sarat dengan simbolisme budaya Jawa.
Pembuatan gerabah Kasongan melibatkan beberapa tahapan yang memerlukan keahlian dan ketelatenan. Proses ini dimulai dari pemilihan tanah liat yang berkualitas tinggi. Tanah liat ini kemudian diolah dengan cara diaduk dan diinjak-injak hingga mencapai kekentalan yang tepat. Setelah itu, tanah liat dibentuk sesuai dengan jenis gerabah yang akan dibuat.
Tahapan berikutnya adalah pengeringan. Gerabah yang telah dibentuk dibiarkan mengering secara alami di bawah sinar matahari selama beberapa hari. Proses pengeringan ini sangat penting untuk mengurangi kadar air dalam tanah liat sehingga gerabah tidak mudah retak saat dibakar.
Setelah kering, gerabah siap untuk dibakar dalam tungku dengan suhu tinggi. Proses pembakaran ini biasanya memakan waktu beberapa jam hingga gerabah menjadi keras dan kokoh. Setelah selesai dibakar, gerabah bisa dihias dengan berbagai motif atau dicat sesuai dengan keinginan.
Salah satu daya tarik utama gerabah Kasongan adalah ragam motif dan produk yang dihasilkan. Motif yang sering digunakan biasanya terinspirasi oleh alam, seperti tumbuhan, hewan, dan pemandangan sekitar. Selain itu, motif tradisional Jawa yang memiliki makna filosofis juga banyak diaplikasikan pada gerabah Kasongan.
Produk yang dihasilkan pun sangat beragam, mulai dari peralatan rumah tangga seperti kendi, guci, dan vas bunga, hingga hiasan dekoratif seperti patung, lampu hias, dan pot bunga. Inovasi terus dilakukan oleh para pengrajin untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin beragam. Tidak jarang, produk-produk gerabah Kasongan juga mendapat sentuhan modern tanpa menghilangkan unsur tradisionalnya.
Gerabah Kasongan tidak hanya berperan sebagai produk seni, tetapi juga memiliki kontribusi besar terhadap budaya dan ekonomi lokal. Keberadaan industri gerabah ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dari desa dan sekitarnya, sehingga menjadi sumber penghidupan utama bagi warga Kasongan.
Pilihan Editor: Gerabah Cantik dan Murah dari Kasongan