Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Berani Mendongeng di Depan Orang Dewasa?

Di depan anak-anak saja belum berani, apalagi mendongeng di depan orang dewasa?

27 September 2018 | 15.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dengan mendongeng, imajinasi anak akan berkembang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Mendongeng di depan orang dewasa? Seperti komika begitu? Waduh, kayaknya jauh lebih sulit dibandingkan mendongeng di depan anak-anak yang imajinasinya terus bermain sepanjang didongengkan.

Saya sudah bisa mendongeng? Sampai-sampai menulis tutorial?  Owh, sama sekali belum tentu saja. Meski sudah hampir lima tahun tergabung di Komunitas Ayo Dongeng Indonesia (Ayodi) besutannya Kak Aio. Saya tetaplah saya yang belum bisa mendongeng. Atau tepatnya, saya masih malu memulai mendongeng di depan anak-anak (yah paling bisanya di depan keponakan-keponakan :D ahahahaha). Nah, di depan anak-anak saja belum berani, apalagi di depan orang dewasa?
 
Kak Aio adalah mentor yang baik buat kami. Dia memang senior untuk urusan dongeng. Jam terbangnya sudah tinggi. Kepiaiwaiannya dalam hal dongeng tak bisa diragukan lagi. Karena kelebihan yang dimiliki itulah, ia selalu support kami, para relawan untuk bisa mendongeng juga.
 
Dalam setiap event undangan dongeng, ia selalu mengharapkan para untuk tampil. Menambah jam terbang, juga mengasah kemampuan kata dia. Kak Mila, Kak Yanie, Kak Ana, Kak Fadila dan teman-teman lain sudah mulai sering mendongeng. Buat Kak Aio, keberanian mencoba adalah kunci utama (halaghhhh... saya serius banget, sih?) :D tapi emang iya, sih. Hahahahaha... Kalau Kak Budie dan Kak Bonchie, jangan ditanya lagilah ^_^
 
Kembali ke awal judul. Jadi, ceritanya tadi malam ada Kelas Online di group whatsapp Ayodi untuk pertama kalinya. Kelas dongeng offline, kami sering lakukan. Tapi untuk online, baru malam tadi mulainya. Dengan tema Mendongeng untuk Audience Dewasa, inilah sedikit rangkumannya yang saya copy paste semena-mena.
 
Kak Aio: Sejak kuliah dongeng terakhir beberapa waktu lalu, kemudian ada yang mengusulkan bahasan tentang "Bagaimana Mendongeng dengan Audience Orang Dewasa?". Nah, ini yang akan gue coba bahas sedikit dan nanti bisa dibahas kemudian atau bagus jika ada yang tanya. Point satu yang harus diingat dulu, sambil pengingat buat semua juga...
 
Pertama, Mendongeng itu adalah Accrued Skill  
                       
Mendongeng itu adalah keahlian yang butuh dilakukan berulang dan memakan waktu hingga merasa cukup baik nantinya. Contoh sederhananya adalah naik sepeda, gak bisa jago mengendarai sepeda jika baca buku panduan saja.
                         
Kedua, yang harus AyoDears ingat... Mendongeng adalah KOMUNIKASI. Jadi modal utama adalah elemen dalam komunikasi juga... cerita, suara, ekspresi, dan gesture. 
                        
Nah sekarang kita masuk ke pokok bahasan...
 
Bagaimana mendongeng ke orang dewasa?   
                      
Pada dasarnya, siapapun senang bercerita dan senang mendengarkan cerita yang baik. Siapapun itu bisa anak, dewasa, orang tua, dewasa atau tua yang terperangkap di tubuh anak-anak, hingga anak-anak yang terperangkap di tubuh tua tapi tidak dewasa atau mungkin cukup dewasa juga. 
 
Cerita yang baik itu bagaimana?        
            
Kalau pada anak-anak, cerita yang baik itu yang sesuai dengan perkembangan usianya. Kalau pada orang dewasa,  cerita itu yang juga sesuai dengan perkembangannya.
 
Ini yang tricky.               
          
Buat orang dewasa, alat terkadang tidak mempengaruhi. Buat anak-anak juga sih. Asal kita punya cerita yang kuat. Jadi POINT penting di sini, kita harus punya cerita yang kuat sesuai dengan usia audience yang akan kita hadapi. Kalau orang dewasa, maka ceritanya SESUAI DENGAN atau MENANTANG pengetahuan mereka, pengalaman mereka atau logika mereka. Ini kuncinya.
 
Dari penjelasan Kak Aio di atas, barulah dibuka tanya jawab. berikut tanya jawab yang diajukan oleh teman-teman, 
 
Kak Yanie, Gimana, sih, cara taunya cerita itu kuat atau ngga? Ini PR aku dr dulu milih cerita suka susah. Pertanyaan Kak Yanie, yang sudah sering mendongeng di beberapa event dongeng.
 
Kak Aio: Untuk tahu cerita kuat atau enggak itu sama seperti nonton film. Film dengan cerita yang kuat itu nggak akan mudah dilupakan. Di jalan akan dipikirkan, akan ada perasaan tertentu yang berkecamuk di kita dan beragam lainnya. Tapi film tidak cukup hanya cerita, dia didukung visualnya (cinematography, tatacahaya, dll yg terlihat), audionya (tatasuara, sound effect, theme song, dll yang terdengar), pemainnya.   
 
Itu kekuatan pendongeng. Cerita, kalau sudah di kuasai. Hanya dengan permainan Nada suara (intonsi), kecepatan (pace) dan tehnik suara lain tanpa mengubah suara,  tapi didukung ekspresi dan gesture yang tepat juga cukup kuat kok. Cara tahunya, banyak baca dan rasakan ceritanya. Apakah ada "sesuatu"? Apalagi jika cerita itu bisa menggerakkan seseorang. Itu cerita yang kuat.  
 
Anis,  Lalu, kalau ke orang dewasa sepertinya kaya motivator gitu, ya, Kak? Karena penyampaian nggak pakai imajinasi, atau apa, Kak? Mohon diluruskan. 
 
 Kak Aio; gue gak percaya seseorang bisa menjadi motivator. Orang yang bisa memotivasi hanya orang itu sendiri. Karena dia yang mengambil keputusan. Kemudian dia memotivasi dirinya untuk bergerak. Dia bisa mengambil inspirasi dari orang lain, dari kisah orang lain. Nah, dongeng itu kerjanya seperti itu. Dongeng yang menginspirasi itu yang kuat buat orang dewasa. 
 
Rahmat; Kalo orang dewasa, perlu ekspresi berlebih terutama vokal?  
 
Kak Aio, Kalau dirasa perlu dan jadi penguat cerita, kenapa gak?
 
Kak Budi, jika tetap ingin menggunakan 'partner', bagaimana memaksimalkan alat peraga bonek? Apa bisa dibuat konsep tanya jawab/ komunikasi dengan si partner?  
 
Kak Aio, Nah ini bisa aja sih, tapi orang dewasa sudah tahu "partner" nya itu apa. Tapi kalau ceritanya kuat, nggak masalah apapun yang kita pakai. It will work.     
 
Tulisan ini sudah tayang di Anazkia
 
 
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus