Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu ikon wisata Yogyakarta, Museum Vredeburg sudah sepekan terakhir beroperasi menerima kunjungan wisatawan kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sejak tanggal 23 Maret lalu kami sudah beroperasi kembali dan menerima wisatawan,” kata Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Suharja, Selasa, 30 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menarik kunjungan wisatawan yang turun drastis akibat pandemi Covid-19 ini, kata Suharja, pihaknya mulai melaksanakan kegiatan secara luring selain event yang tetap digelar di media sosial.
Misalnya dengan melibatkan tak kurang 80 kelompok musisi jalanan di Yogyakarta untuk bergiliran tampil di panggung pintu masuk sisi timur museum itu. “Dengan latar atau suasana heritage di Vredeburg, musisi jalanan ini diharapkan bisa punya ruang baru, yang menarik untuk lokasi mereka tampil lagi dan mencari rejeki,” kata Suharja.
Para musisi jalanan yang dikoordinir Institut Musik Jalanan (IMJ) ini tak sekadar diberi ruang untuk tampil dan mempromosikan Vredeburg. Dengan melibatkan Bank Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai induknya, Vredeburg memfasilitasi setiap kelompok musik jalanan itu agar dapat segera memiliki layanan pembayaran digital atau QR Code Indonesian Standard (QRIS).
Jadi saat musisi itu tampil di manapun secara daring, maka siapapun dan dimanapun yang menonton mereka dan ingin mengapresiasi pertunjukkannya, langsung bisa menyumbang tanpa harus datang menonton langsung.
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbud Judi Wahjudin yang turut memantau pertunjukan musik di Vredeburg itu mengatakan setidaknya ada 44 ribu lebih seniman-budayawan di tanah air terdampak pandemi Covid-19 Dari jumlah itu, sekitar seperlimanya merupakan musisi jalanan.
Melihat kondisi pandemi ini, dengan heritage-heritage yang ada di bawah Kemendikbud, Judi berharap bisa tercipta ruang baru bagi para musisi jalanan ini berkarya lagi. Heritage, menurut dia, bukan sekadar tempat yang perlu dilestarikan, tapi bisa dimanfaatkan sebagai ruang ekspresi budaya dengan tetap menjaga kelestariannya.
“Heritage-nya bisa makin dikenal dari penampilan seniman budayawan itu dan seniman bisa mendapat ruang baru juga rejeki dari pertunjukannya dengan secara langsung dan digital,” kata Judi.
Judi menuturkan event yang menggandeng seniman khususnya musisi terlibat dalam kerjasama menggeliatkan lagi sektor wisata heritage tak hanya dilakukan di Yogyakarta. Event serupa juga digelar di sejumlah destinasi, misalnya di Benteng Rotterdam Makasar, Taman Budaya Bandung dan sejumlah museum di Jakarta.
Pendiri Institut Musik Jalanan (IMJ) Andy Malewa mengatakan telah menjaring setidaknya 80 kelompok musik jalanan untuk bisa tampil bergiliran dalam event di Vredeburg itu. “Selain memberi ruang tampil, ajang ini juga menjadi kurasi bagi para musisi untuk difasilitasi agar kelompoknya bisa tercatat dan mendapat layanan untuk transaksi secara digital lewat QRIS yang diakui pemerintah,” ujarnya.
Andy mengatakan masa pandemi ini benar-benar menyulitkan musisi untuk mendapatkan rejeki karena nyaris tak ada ruang untuk tampil dan akses para musisi mendapatkan hasil dari jerih payahnya saat tampil. “Jika para musisi ini sudah bisa memiliki layanan pembayaran digital kan jadi lebih mudah, yang saat itu puas dengan pertunjukan kami dan ingin menyisihkan rejekinya bisa langsung menyumbang tanpa harus datang,” ujarnya.
Bagi wisatawan yang ingin ke Vredeburg, perlu ingat bahwa pengelola menerapkan pembatasan kunjungan demi mematuhi protokol Covid-19. Dalam sehari, museum itu hanya membuka empat sesi kunjungan untuk menghindari kerumunan pengunjung. Setiap sesi kunjungan hanya diiisi 50-60 orang.
“Jadi dalam sehari maksimal sekitar 250 orang, tidak seperti sebelum pandemi dulu yang dalam sehari bebas menerima sampai 2000 wisatawan,” kata Suharja.
Harga tiket masuk di museum Vredeburg juga tak berubah. Untuk wisatawan perorangan harga tiketnya Rp 3.000 per orang. Sedangkan jika rombongan Rp 2.000 per orang.