Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta kini telah beroperasi normal selama enam hari dalam sepekan. Meski begitu, jumlah kunjungan masih dibatasi maksimal 300 orang per hari dan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencegah penularan Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama ini, museum yang terletak di ujung Jalan Malioboro, Yogyakarta, itu tengah berbenah dan menambah koleksinya. "Museum sudah beroperasi normal dan hari ini bertambah lagi koleksi dari Boedihardjo, sosok pejuang yang berjasa di masa Serangan Umum 1 Maret 1949," kata Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Suharja, Selasa 8 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koleksi baru itu berupa sebelas benda yang dipinjamkan keluarga Boediharjo. Koleksi itu terdiri dari berbagai jenis perlengkapan militer, seperti topi marsekal, tanda kepangkatan, tanda jasa, logo wing, lencana brevet wing, dan emblem brevet.
Boedihardjo dikenal sebagai komandan di balik keberhasilan operasional stasiun pemancar radio AURI PC-2 yang kala itu berada di Dusun Banaran, Desa Banaran, Kecamatan Playen, Gunung Kidul. Stasiun pemancar radio yang dipimpin oleh Boedihardjo bertugas menyiarkan berita tentang keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke dunia internasional.
Koleksi baru Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta berupa berbagai jenis kelengkapan militer milik Boediharjo, komandan di balik keberhasilan operasional stasiun pemancar radio AURI PC-2 di masa Serangan Umum 1 Maret 1949. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Berita tersebut dikirimkan secara berantai yang awalnya diterima oleh stasiun radio PDRI di Bukit Tinggi, diteruskan ke Takengon, Aceh kemudian ke Rangoon, Burma, dan All India Radio. Selanjutnya melalui wakil-wakil RI dalam perundingan di Dewan Keamanan (DK) PBB yang sedang singgah di India, akhirnya berita tersebut sampai ke meja perundingan DK PBB.
"Berita berantai ini mengakibatkan posisi Belanda terjepit karena dunia internasional mengetahui kebohongan Belanda soal pendudukan Indonesia yang selalu digembar-gemborkan di panggung internasional," kata Suharja. Dalam menjalankan stasiun pemancar radio tersebut, Boedihardjo menempati sebuah rumah tokoh masyarakat di Dusun Banaran, Banaran, Playen, Gunung Kidul, bernama Pawirosetomo.
Pengoperasian stasiun tersebut dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian musuh. Antena diletakkan di pohon kelapa. Saat selesai operasi, antena tersebut diturunkan kembali dan disimpan. Sedangkan generatornya disimpan di bawah perapian untuk memasak. Sehingga sekilas tidak terdapat aktivitas yang mencurigakan di rumah tersebut.
Suasana Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta seusai libur lebaran. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Putri Boedihardjo, Ennie Angkawati menyerahkan langsung koleksi ayahnya itu ke Museum Vredeburg bersama anaknya Muhammad Reza (cucu Boedihardjo) yang juga Direktur Museum Sasana Guna Rasa Borobudur, tempat selama ini koleksi Boediharjo disimpan. "Koleksi bapak ini menjadi potret perjalanan kariernya yang panjang, dari seorang opsir udara sampai menjadi marsekal madya," kata Enny. Selepas berkarir di militer, Boediharjo menjadi duta besar di Kamboja dan Spanyol. Bahkan pernah menjadi menteri penerangan di masa orde baru.
Kepala Museum Vredeburg Yogyakarta, Suharja menambahkan selama beroperasi normal, harga tiket museum tidak berubah yakni Rp 3.000 untuk pengunjung umum. Untuk pelajar maksimal jenjang SMP Rp 2.000 per orang.