Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini masyarakat Kota Semarang sedang merayakan milad ke-477 tahun kotanya, tepatnya pada 2 Mei 1547 Sultan Hadiwijaya resmi mengesahkan kota pusat perbelanjaan di pulau Jawa ini.. Semarang adalah sebuah kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Lantas bagaimana sejarah lahirnya Kota Semarang?
Sejarah lahirnya Kota Semarang
Dilansir dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta, sejarah Kota Semarang bermula pada abad ke-8 M, bagian dari kerajaan Mataram Kuno bernama Pragota, sekarang menjadi Bergota menjadi pelabuhan. Di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagian kota Semarang Bawah yang sekarang merupakan lautan pada masa dahulu. Kini, pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan, untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang dalam bahasa Jawa berarti Asem Arang, sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.
Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II, kelak disebut sebagai Sunan Bayat. Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang.
Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.
Peristiwa Pertempuran Lima Hari
Dilansir dari laman resmi semarangkota.go.id, salah satu catatan sejarah yang paling dikenal bisa jadi adalah peristiwa pertempuran lima hari di Semarang pada masa kemerdekaan tahun 1945, yang kemudian dikenang melalui monumen Tugu Muda yang terletak di tengah Kota Semarang.
Dalam perisiwa pertempuran lima hari, dikisahkan bagaimana pemuda Kota Semarang dengan hebatnya berani menyerang tentara Jepang yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Dan peristiwa heroik pemuda Kota Semarang pada tanggal 15-19 Oktober 1945 tersebut seakan menjadi pembuka babak baru perjuangan Indonesia, yang setelahnya diwarnai dengan peristiwa-peristiwa heroik lainnya seperti perisitiwa Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945, hingga peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 23 Maret 1946.
Sayangnya, selain kisah kepahlawanan pertempuran lima hari di Kota Semarang tersebut, hampir tak ada catatan sejarah lainnya yang umum dikenal oleh masyarakat dan dibanggakan. Maka wajar ketika orang kebanyakan hanya mengenal kehebatan Kota Semarang sebatas Tugu Muda saja. Selebihnya bahkan orang lebih mengenal Kota Semarang lewat lantuan lagu lawas berjudul Jangkrik Genggong dengan penggalan liriknya yang terkenal, Semarang Kaline Banjir.
Kota Semarang Ketinggalan, ungkapan tersebut kemudian menjadi kalimat yang familiar diucapkan, bukan hanya oleh orang dari luar Kota Semarang, tetapi juga bahkan oleh masyarakatnya sendiri. Ungkapan tersebut tentu saja tak aneh bila melihat kondisi Kota Semarang yang sempat menjadi daerah pusat kegiatan perdagangan di Pulau Jawa pada jaman kolonial ini, kemudian justru tak berkembang dengan baik seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini tentu saja yang kemudian membuat Kota Semarang dulu tak pernah luput dari kritik dari berbagai pihak.
SEMARANGKOTA.GO.ID | DPAD.JOGJAPROV.GO.ID
Pilihan editor: Mengapa Banjir Selalu Jadi Problem di Semarang dan Pantura