Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Canda Sarung Muhaimin Iskandar, Anies Kena Slepet yang Ketiga

Muhaimin, yang kerap disapa Cak Imin menunjukkan kepada Anies bahwa sarung dapat menjadi penanda identitas seseorang.

23 Oktober 2023 | 07.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan bacapres-bacawapres, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar punya gaya bercanda yang segar dan menghibur. Keduanya menjelaskan tiga fungsi sarung dalam unggahan video yang dibagikan Anies di akun Instagramnya, Senin, 23 Oktober 2023.

Sarung Jadi Penanda Identitas

Muhaimin, yang kerap disapa Cak Imin menunjukkan kepada Anies bahwa sarung dapat menjadi penanda identitas seseorang. "Sarung itu luar biasa zaman kita di pesantren. Yang pertama, kepiawaian seorang santri dilihat dari kemampuannya bersarung. Semakin dia bagus, rapi, dan semakin kuat. Biasanya harus kuat, biar tidak mudah melorot," ujarnya sambil mempraktikkan cara mengenakan sarung yang benar. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anies pun mencoba membuktikan ucapan Cak Imin. Dia membungkuk dan menarik sarung yang kokoh berada di tempatnya. "Itu sebagai santri lulus," kata dia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua, kata Muhaimin, dapat menjadi pelindung. Ia menarik sarung ke atas bahunya. "Fungsinya saat tidur di lantai. Sarung fungsinya untuk selimutan, kademen antinyamuk," ujarnya berseloroh.  Anies tertawa mendengarnya. 

Cak Imin kemudian menjelaskan fungsi sarung ketiga. "Yang ketiga, sarung fungsinya untuk nylepetin," ujarnya kepada Anies. 

Anies Kena Slepet 

Anies yang masih kebingungan dengan poin terakhir ini tiba-tiba terkejut ketika Cak Imin mengambil sarung yang sudah digulung. "Nih nylepetin," ucap Cak Imin sambil mengarahkan slepetan sarung ke paha Anies yang berdiri tidak siap. "Wos, lumayan pedes," kata Anies sambil nyengir dan berjingkat menghindar selepetan berikutnya. Keduanya kemudian tertawa berderai. 

Setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri. Perayaan hari ini bermula dari usulan santri di Pondok Pesantren Babussalam, Desa Banjarejo, Malang, Jawa Timur, sembilan tahun lalu saat menerima kunjungan Jokowi ketika masih menjadi calon presiden. 

Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri berdasarkan Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama pada 22 Oktober 1945. Resolusi jihad adalah fatwa berisi kewajiban untuk berjihad demi mempertahakan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah yang belum angkat kaki dari bumi pertiwi. 

"Resolusi yang menghasilkan gelombang sangat besar sebagai benteng terkuat seluruh komponen dari para ulama, santri, dan rakyat kebanyakan, berangkat ke medan tempur menjaga, memperjuangkan kemerdekaan, dan menjadi syuhada," kata Anies dalam unggahan video, kemarin. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus