Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Cinta itu bagaikan "k"

Sepuluh finalis lomba lawak dki diadu di teater terbuka tim. ternyata mereka lebih mengasyikkan dari penampilan pada babak penyisihan. (hb)

25 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

10 orang finalis lomba lawak DKI diadu di Teater Terbuka TIM, 13 Nopember lalu. Juri-jurinya Arwah Setiawan (ketua), S. Bagio, Arswendo Atmowiloto, Syarief Hasyim, Nya' Abas Acub dan Titiek Puspa. Pertandingan berjalan seru, karena badut-badut itu ternyata lebih galak dan mengasyikkan dari pada babak penyisihan di Kuningan. Meskipun disayangkan ada beberapa finalis mengulang dagelan mereka sebelumnya, toh penonton yang membanjiri Teater Terbuka puas. Herry Koko, itu dia otaknya kelompok Surya Grup, tertarik pada finalis Komar yang dianggapnya memiliki kemampuan kuat dalam materi dan penguasaan pentas. Sementara Ali Nurdin yang banyak menimbulkan tawa penonton dikritiknya, karena membawa adegan nyanyi-nyanyi yang sulit dinilai. Komar yang tampak sebagai cetakan S. Bagio itu pada akhirnya hanya berhasil jadi juara dua. Padahal inilah orangnya yang pernah menjadi juara lawak dalam lomba yang diselenggarakan Radio UKI dan Pasar Seni Ancol belum lama berselang. Adapun Nurdin, yang pernah dipujikan Arwah Setiawan, hanya berhasil menjadi juara tiga. Menurut Herry Koko, Bung Nurdin dinilainya lamban masuk ke pokok persoalan. Sementara itu Atet Zakaria, lulusan STM (21 tahun) yang sampai sekarang belum kuliah, menunjukkan pamornya malam itu. Kalau dalam babak penyisihan ia hanya berhasil membikin sedikit harapan dengan gaya lawak yang kebanci-bancian, dalam malam penentuan ia jadi favorit penonton. Bahkan ketika pembawa acara Eddy Sud hendak mengumumkan siapa juara utama, penonton langsung berkoar "Nomor sepuluh!" -- nomor undian Atet. "Yah, saya memang banyak belajar setelah gagal di Radio UKI," komentar Atet. "Cinta itu bagai kentut," kata Atet dalam salah satu dagelannya. "Mau dilepas malu, banyak orang. Tak dilepas, sakit perut .... Mending kalau rambut yang gondrong. Kalau gigi?" Atet, juara pertama itu, mendapat beberapa buah piala dan sebuah tiket p.p. Denpasar-Jakarta. Tapi hadiahnya yang terbesar barangkali ucapan kegembiraan kedua orangtuanya yang ikut hadir rnalam itu. Atet mendapat kecupan. Saudara dan teman-teman nya kasih salam. Ibunya langsung mentraktir makan sate.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus