Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Meratakan iklim badut

Perhatian terhadap lawak meningkat. dkj/tim dan dit kesenian dept p & k berebut untuk melaksanakan perlombaan nasional. pelawak seniorpun tak gentar disaingi. pelawak baru mereka anggap banyak kelemahan.

25 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU meningkatnya perhatian, sampai-sampai Dewan Kesenian Jakarta/TlM dan Direktorat Kesenian P&K nyaris bentrok dalam hal mengatur waktu -- soal mengurus badut-badut. Akhirnya diputuskan pihak satu silakan meneruskan lomba lawak, sedang lainnya bikin pekan humor. Direktorat Kesenian P&K memang berhajat mengadakan festival lawak. Tujuan mencari badut mukibat dari seluruh Indonesia, dan itu akan difinalkan Desember mendatang. Maka tiap daerah pun dipersilakan mencari pelawak lokalnya. Dan di DKI Jakarta, malam final diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki 13 Nopember lalu -- (lihat box) -- diikuti 10 finalis yang dicabut dari sekerumunan badut yang sebelumnya telah jejingkrakan di Gelanggang Mahasiswa Kuningan. Yang menarik ialah, Ibukota ternyata punya simpanan badut sedikitnya 62 grup. Apa karena selama 6 bulan terakhir ini sudah diselenggarakan 5 lomba lawak di Jakarta -- setelah "terhenti" menurut Krisbiantoro, selama 20 tahun? Yang jelas, "ini memperlihatkan eksistensi lawak kian menonjol," komentar Kris yang kali ini ketua panitia DKJ. Dan Pekan Humor DKJ tentunya akan lebih menegaskan lagi "tonjolan eksistensi" itu. Apalagi karena acara ini lebih dari sekedar lomba. Arwah Setiawan, bekas pengasuh majalah lawak Astaga almarhum, pernah diberi kesempatan ceramah di TIM tentang humor. Dan Arwah yang tidak juga kesampaian bikin "Himpunan Humoris Indonesia" maupun akademi lawak itu, datang pula ke DKJ mengusulkan lomba lawak. DKJ sendiri sudah sejak bulan Mei mencadangkan waktu buat melaksanakan program oleh komite teaternya itu. Tapi karena P&K sudah akan mengadakan lomba, "saya usulkan pekan humor saja," tutur Arwah. "Ada tujuh acara pokok yang belum pernah diadakan di Indonesia," kata Arwah dengan bangga lalu. Di samping lomba lawak, dalam acara yang bakal dibikin 13 - 20 Desember itu, juga ada sayembara naskah lawak (28 Oktober- 18 Nopember kemarin), pergelaran komedi tradisionil, festival film komedi, pameran humor, diskusi humor, dan malam lawak. Akan ikut repot pula makhluk-makhluk seperti Mang Udel, Krisbiantoro, Titiek Puspa, Mang Cepot, Bagio, Mus Mualim. Dari waktu seminggu Pekan Humor, lomba lawak disediai 2 malam. Sedang sayembara naskah lawak mengambil bentuk utama tulisan berupa dialog, siap dipentaskan selama 30 menit, pelaku 25 orang, dan "bisa dikembangkan lebih lanjut," kata Direktur DKJ Ramadhan KH Tapi apakah naskah lawak diperlukan? "Kita sih lebih suka improvisasi. Apalagi kita belum begitu percaya pada kwalitas naskah," komentar pelawak S. Bagio. Padahal sayembara naskah diadakan sebagai penyediaan bahan, mengingat materi lawakan sering hanya mengulang-ulang saja. Toh Bagio sendiri mendukung usaha itu -- selain menyatakan "tak gentar disaingi." "Yang baru 'kan amatir. Kita profesional," katanya. Ia melihat perbedaan antara grupnya dengan yang dilakukan Arwah. "Arwah bersifat tertulis dan gambar. Kita peragaan." Menurut Bagio, yang pernah duduk di bangku perguruan tinggi, "pelawak baru terlalu lemah. Mereka tidak dibekali ilmu pengetahuan yang tinggi." Bagaimana komentar Iskak "Bagus sekali. Di luar negeri banyak pelawak membawakan naskah," kata Iskak yang tahun ini naik haji. Toh Ateng mengajukan syarat: "Dalam melawak yang penting kita bisa menanamkan simpati penonton. Ini tergantung pada kemampuan pelawaknya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus