Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Dari Waroeng, Datang Legenda

Legenda-legenda musik kini bisa ditonton di kedai makan. Inilah cermin industri hiburan Ibu Kota, yang kian lihai memikat konsumen.


2 Januari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IMAN Kartowisastro—ia doktor bidang robot—menatap panggung dengan mata nyalang. Punggungnya tersandar ke kursi, sebelah tangan memegang gelas minuman sembari kaki bergantian mengetuk lantai. Ia lebih mirip seorang musikmania ketimbang spesialis robot yang bergaul dengan rumus-rumus pelik ilmu fisika. Malam itu, semua rumus seakan terbang ke luar dari kepala Iman, digantikan syair-syair album Sgt. Peppers Lonely Hearts Club Band. Lagu-lagu dari album Beatles (1967) itu dikumandangkan Bharata Band bagi para pengunjung Waroeng Kemang, akhir November silam. Seperti Iman, hampir semua pengunjung yang lain tampak betah mendengarkan sepanjang malam.

Beatles cuma satu dari legenda musik dunia yang menghidupkan suasana kedai makan kelas atas di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pada pekan terakhir setiap bulan itu. Acara tersebut berjudul "Legend of the Month". Sajiannya adalah musik para dedengkot rock klasik baik kelas dunia maupun nasional. Maka, seusai Beatles, datanglah God Bless.

Ahmad Albar—raja musik rock di bumi nyiur melambai ini—bersama kawan-kawannya mengumandangkan lagu-lagu God Bless di radio M97FM sepanjang Desember. Apa hubungan radio ini dengan pentas musik di Waroeng Kemang? Ternyata, penyelenggara sesungguhnya acara ini adalah Radio M97FM, sebuah stasiun radio yang menyiarkan secara khusus lagu-lagu rock tahun 1970-an. Lalu, pada akhir pekan setiap bulan, kegiatan siaran radio ini disajikan dalam bentujk live di Waroeng Kemang oleh band-band lokal.

Ella Su'ud, Direktur Program M97FM, menjelaskan, acara ini adalah semacam servis kepada pendengar musik klasik rock. Kendati tidak untung secara bisnis, itu tak jadi masalah karena demikianlah cara mereka memelihara hubungan dengan para pendengar yang setia. Dalam rangka itu, hadirlah Led Zeppelin, Deep Purple, Rolling Stones, Kansas, Rush, atau The Beatles di Kemang. Dari generasi lebih muda ada Def Leppard, Motley Crue, dan Gun's and Roses.

Apa kriteria legenda musik versi M97FM? "Dia harus mendunia dan mengindonesia, membawa trend serta life style baru," kata Ella. Ia mencontohkan Deep Purple dan Led Zeppelin, yang bukan hanya membawa musik kepada dunia tapi juga style baru yang segera mewabah ke seantero jagat seperti jaket ngatung, sepatu berhak, celana cutbrai. Kriteria ini membedakannya dengan grup seperti The Who, misalnya, yang juga mendunia tapi tidak mengindonesia. Patokan lainnya? "Kalau ayah, ibu, atau om Anda masih ingat nomor-nomor top sebuah band legenda, lagu-lagu itu akan kita bawakan secara live," ujar Ella.

Kendati berhasil memikat pendengar, menyanyikan musik para legenda sebetulnya bukan ide baru. Pada 1980-an, misalnya, Jakarta dijangkiti demam band-band epigon. Ada Hooker Man dan Hands Rockin untuk Deep Purple, sementara Rasela Band adalah epigonnya Uriah Heep. Dibandingkan dengan legenda musik barat, jumlah kelompok musik rock Indonesia yang kondang sudah pasti jauh lebih sedikit. Bahkan, bila lifetime yang jadi ukuran, yang masih berkarya adalah God Bless. Mereka masih naik panggung dan November lalu masuk studio rekaman.

Dari segi respons terhadap siaran dan jumlah pengunjung, Legend of the Month boleh dibilang sukses. Tambahan pula, acara ini menjadi ajang pertemuan, diskusi tidak resmi, dan tukar-menukar koleksi antarpara pecandu yang kini lebih sering dijuluki dengan imbuhan "mania" itu. Acara yang mulai digelar di Waroeng Kemang pada April 1998 itu kini malah menjadi acara paling populer.

Manajer Pemasaran Waroeng Kemang, Agustina Farida Suryakusuma, menjelaskan, kafe dengan kapasitas 800 orang—berdiri dan duduk—itu paling sedikit dikunjungi 600 tamu setiap ada pertunjukkan legenda. Sekali waktu malah begitu penuh sesak hingga luber ke halaman, misalnya tatkala kelompok Acid Speed menjadi replika Rolling Stone pada Oktober 1998. "Jumlah tamu meningkat pada hari-hari Legend of the Month. Mungkin lebih enak kalau acara ini diadakan setiap hari," ujar Agustina setengah bercanda. Lalu, siapa sebetulnya para penonton?

Ternyata tidak mudah mengidentifikasi mereka. Dari eksekutif di kawasan segi tiga emas hingga tukang cukur di Lebakbulus, dari direktur bank hingga tukang tato di Perdatam. Mereka ada dalam daftar penggemar musik rock klasik M97FM. Bahkan, banyak yang mencintai musik rock sejak anak-anak. Iman Kartowisastro, misalnya, adalah seorang Beatlemania sejati. Ia mendengarkan Beatles sejak usia empat tahun. Dan Iman mengumpulkan semua album, logo, publikasi, serta pernak-pernik apa saja yang berkaitan dengan legenda musik rock asal Inggris itu dengan kefanatikan seorang maniak. Kebiasaan itu tetap dilakukannya kendati kini ia sudah jadi direktur, eksekutif top, dan doktor ilmu robot.

Hermien Y. Kleden, Ardi Bramantyo, Adi Prasetya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum