Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak destinasi wisata di Italia yang menarik dikunjungi. selain Roma, Venesia, atau Florence. Kalau punya cukup waktu menjelajahi bagian selatan Italia, datanglah ke Matera, yang dikenal dengan kota batu. Kota teruta di dunia yang terus dihuni ini menawarkan pemandangan berbeda bagi yang ingin mencari destinasi unik selain kota-kota Italia lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keindahan lanskap kota tua ini menjadi latar belakang untuk film-film seperti The Gospel by St. Matthew karya Pier Paolo Pasolini dan The Passion of the Christ karya Mel Gibson. Kota tersebut juga menjadi destinasi yang dikunjungi Lee Se Young, Lee Joo Bin, Ra Mi Ran, dan Kwak Se Young dalam Europe Outside Your Tent: Romantic Italy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seluruh kota Matera adalah Situs Warisan Dunia UNESCO, dan pada tahun 2019 dinobatkan sebagai Ibu Kota Kebudayaan Eropa. Sassi atau dalam bahasa Italia berarti gua adalah simbol kota ini. Penduduk setempat menggunakan gua yang diukir pada batu kapur di jurang yang dalam, sebagai rumah, gereja, dan bahkan seluruh lingkungan, selama berabad-abad.
Sejarah Matera
Kota ini berdiri sejak ribuan tahun yang lalu dan menjadi adanya tempat tinggal manusia sejak era Paleolitikum. Tembikar Neolitikum pertama di Matera berasal dari sekitar 7500 tahun SM, ketika tembikar terakota diproduksi di desa-desa. Dibangun di desa prasejarah yang sudah mengakar, kota ini kemungkinan besar berasal dari Yunani.
Pada masa Magna Graecia, Matera memiliki hubungan dekat dengan koloni di pantai selatan, menjadi jalur perdagangan dan transit di zaman Romawi. Bahkan menjadi tuan rumah imigrasi penting para biarawan Bizantium dan Benediktin, yang mengubah gua-gua di lembah Gravina yang besar menjadi Gereja Batu.
Matera adalah kota kerajaan untuk waktu yang lama, sampai berada di bawah kekuasaan Aragon dan diserahkan kepada Pangeran Giovan Carlo Tramontano, yang kemudian dibunuh oleh penduduk setempat yang ditindas pajak. Pada tahun 1952, undang-undang nasional menyerukan evakuasi orang Sassi, yang dianggap memalukan Italia. Kawasan itu dilanda kepadatan yang berlebihan dan kondisi yang tidak sehat.
Pada tahun 1980-an, revitaliasi mulai dilakukan di Matera. Berbagai upaya dilakukan untuk memulihkan tempat tinggal gua dan mempromosikan pariwisata berkelanjutan, menghidupkan kembali Matera.
Atraksi wisata di Matera
Wisatawan kini dapat menjelajahi jalan-jalan yang berkelok-kelok, gereja gua, dan tempat tinggal batu di Sassi. Sambil membenamkan diri dalam perpaduan sejarah, arsitektur, dan keindahan alam. Mulailah dari Casa Noha yang populer. Dinamai berdasarkan nama keluarga yang sebelumnya tinggal di sana, museum ini menceritakan sejarah Matera dari awal mula hingga titik krisisnya pada tahun 1950-an sampai saat ini.
Tempat ini tempat terbaik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Sassi dan masyarakatnya. Wisatawan dapat melihat video yang diproyeksikan di dinding kuno dan membawa pengunjung kembali ke masa lalu melalui visual yang jelas dan deskripsi yang provokatif.
Setelah itu mengunjungi gereja-gereja di Matera, yang arsitekturnya ajaib. Yang paling unik adalah Gereja Santa Maria Idris yang biasa dikenal dengan Gereja Batu dan Chiesa Rupestre di Santa Maria di Idris (dalam bahasa Italia). Kapel gua ini terletak di sisi tebing di Sassi Matera, Monterrone. Wisatawan dapat mellihat interior dengan lukisan dinding di dalamnya dan menaiki menara observasi di bagian eksterior.
Beberapa titik menarik lainnya yang wajib dikunjungi di Matera adalah Palombaro Lungo, sebuah waduk bawah tanah raksasa di bawah Piazza Vittorio Veneto, yang digali secara artifisial dengan dinding batu yang dilapisi plester cocciopesto. Atau melihat pemandangan Sassi di Matera dari Belvedere di Murgia Timone.
ITALIA IT | OUTLOOK TRAVELER