Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Festival Gandrung Sewu, Rejeki Besar untuk Kuliner hingga Hotel

Ajang Festival Gandrung Sewu yang menampilkan aksi kolosal lebih dari 1.100 penari di bibir Pantai Boom, Banyuwangi, Sabtu, 20/10

20 Oktober 2018 | 06.43 WIB

Ribuan penari menarikan tari Gandrung saat gelaran Paju Gandrung Sewu sebagai bagian dari Festival Banyuwangi 2013 di Pantai Boom, Banyuwangi, (23/11). TEMPO/Fully Syafi
Perbesar
Ribuan penari menarikan tari Gandrung saat gelaran Paju Gandrung Sewu sebagai bagian dari Festival Banyuwangi 2013 di Pantai Boom, Banyuwangi, (23/11). TEMPO/Fully Syafi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Banyuwangi - Ajang Festival Gandrung Sewu yang menampilkan aksi kolosal lebih dari 1.100 penari di bibir Pantai Boom, Banyuwangi, Sabtu, 20 Oktober 2018 telah menjadi magnit bagi ribuan wisatawan. Salah satu yang mendapat berkah ekonomi dari kedatangan wisatawan adalah para pelaku usaha kuliner khas, mulai dari warung pinggir jalan sampai restoran. Pengusaha penginapan hinga hotel juga mendapat tambahan pendapatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Makanan khas daerah ini sangat beragam, ada menu sarapan, makan siang, hingga kuliner malam hari. Semuanya beda-beda. Tiap tahun kami menggelar festival kuliner untuk meningkatkan daya saing kuliner lokal,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Jumat, 19 Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah seorang pemilik warung yang mendapat manfaat ekonomi adalah Mujayanah. Warungnya terletak di timur Taman Blambangan dan hanya buka pagi hari dari pukul 06.00-10.00 WIB dengan menu spesial “nasi cawuk” yang memang khusus untuk sarapan.Sejumlah penari gandrung melakukan persiapan untuk menari Paju Gandrung Sewu di SDN Kepatihan, Banyuwangi, (23/11). Sebanyak 1053 pasang penari Paju Gandrung menarikan bersama sama sebagai bagian dari Festival Banyuwangi 2013 di Pantai Boom, Banyuwangi. TEMPO/Fully Syafi

Mujayanah mengatakan, saat tidak ada festival, dia biasanya hanya menghabiskan lima kilogram beras, tiga kilogram ikan laut, dan empat kilogram telur per hari. Namun, permintaan ini akan melonjak saat ada Banyuwangi Festival.

"Kalau ada acara, dagangan saya lebih laris. Makanya saya selalu mencari informasi jadwal kegiatan daerah. Kalau pas ada jadwal, pasti saya tambahi masaknya. Berasnya bisa habis 8 kilogram, ikan 4 kilogram, dan telur 6 kilogram. Alhamdulillah, habis," kata wanita 53 tahun itu.

Kuliner lain Banyuwangi yang diburu adalah pecel pitik, rujak soto, dan nasi tempong. Pecel pitik adalah ayam kampung yang dibakar kemudian disuwir dan dicampur dengan parutan kelapa berbumbu.

Sementara nasi tempong adalah makanan khas Banyuwangi yang terkenal pedasnya. Dalam seporsi nasi tempong terdapat nasi hangat, sayuran rebus, tempe/tahu goreng yang disajikan bersama dengan sambal mentah yang pedas. Sampai-sampai, orang yang menyantapnya akan merasakan pipinya seperti ‘ditampar’ atau dalam bahasa daerah setempat ‘ditempong’.

Salah satu tempat yang menjual kuliner tersebut adalah restoran Osing Deles yang terletak di Jalan Agus Salim. Menurut Zunita Ahmad, pemilik Restoran Osing Deles, beragam festival telah meningkatkan penjualan kulinernya. Seperti saat menjelang pergelaran Festival Gandrung Sewu ini, penjualan restonya mengalami lonjakan hingga 100 persen.

“Orderan buffet kami terus betambah. Terutama permintaan untuk kuliner khas Banyuwangi, seperti nasi tempong, pecel pitik, dan pindang koyong,” kata Zunita. Peningkatan ini juga terjadi pada outlet pusat oleh-oleh miliknya. Terletak di lantai dasar resto Osing Deles, pendapatan pada pusat oleh-oleh tersebut juga mengalami peningkatan hingga 300 persen.

“Alhamdulillah, saya adalah salah satu warga yang merasakan dampak positif dari Banyuwangi Festival. Saya yakin hal yang sama juga dirasakan oleh pelaku usaha lain di Banyuwangi,” ujar dia.200 ibu mengikuti Festival Sego Tempong yang digelar Pemerintah Banyuwangi, 28 Maret 2015. Sego Tempong adalah kuliner tradisional Banyuwangi yg terdiri dari aneka sayur, sambal ekstra pedas dan ikan asin. TEMPO/Ika Ningtyas

Kedatangan ribuan wisatawan menjelang Festival Gandrung Sewu juga meningkatkan okupansi hotel. Sebagian besar hotel di Banyuwangi telah kehabisan kamar.

General Manager Hotel El Royale Agus Setiawan mengatakan, tingkat hunian kamar di hotel bintang empat yang dikelolalanya pekan ini mengalami peningkatan tajam. Dari 161 kamar yang ada, hanya tersisa 3 kamar. “Peningkatan ini sudah terjadi mulai hari Senin kemarin hingga Minggu lusa. Hari biasa okupansi kami 60 persen, pekan ini 95 persen, bahkan hari Jumat ini sudah 100 persen,” kata Agus.

Mereka yang ingin menonton Festival Gandrung Sewu rata-rata sudah mulai masuk sejak Kamis (18/10) dan Jumat (19/10), dan akan keluar pada Minggu (21/10).

“Setiap ada festival di Banyuwangi pasti berimbas dengan hunian hotel kami. Para wisatawan rata-rata juga menyewa kendaraan selama di Banyuwangi dari para pelaku usaha jasa transportasi lokal,” ujarnya.

Kenaikan tajam tingkat okupansi juga terjadi di seluruh hotel berbintang di Banyuwangi, mulai Dialoog Hotel, Illira, Aston, Santika, Ketapang Indah, hingga yang berkonsep resor dan villa seperti Solong Villa. Pengelola hotel Ketapang Indah Banyuwangi, Hawa Suciati mengatakan, pada akhir pekan ini tepatnya mulai Jumat-Sabtu okupansi hotel yang terletak di pinggir pantai tersebut mencapai lebih dari 90 persen.

“Pelanggan kami rata-rata wisatawan yang berlibur di Banyuwangi baik dalam negeri maupun mancanegara. Mereka sengaja ke mari untuk berwisata sekaligus menonton Festival Gandrung Sewu besok,” ujar Cici, Jum’at, 18/10.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, MY Bramuda menyatakan gembira karena festival yang digelar pemerintah daerah memberikan dampak positif bagi geliat ekonomi termasuk hotel. “Kehadiran ribuan wisatawan di Festival Gandrung Sewu menjadi berkah ekonomi bagi warga Banyuwangi.”

Festival Gandrung Sewu akan digelar Sabtu, 20/10, mulai pukul 13.00 di Pantai Boom Marina Banyuwangi. Festival ini melibatkan 1200 penari gandrung, yang pembukaannya diawali atraksi seni hadrah kuntulan.

Festival Gandrung Sewu digelar rutin tiap tahun sejak 2011, dan selalu dibanjiri ribuan wisatawan yang terpukau dengan aksi kolosal penari dengan latar belakang senja di Selat Bali.

DAVID PRIYASIDHARTA (Banyuwangi)

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus