Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Festival Ngrandu Buko selama Ramadan di Banyuwangi Wajib Bawa Kantong Sendiri

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menyiapkan Festival Ngrandu Buko sebelum memasuki Ramadan.

1 Maret 2025 | 16.05 WIB

Festival Ngrandu Buko, ajang menunggu waktu berbuka dan berburu takjil di Banyuwangi. Foto: Dok Kominfo Banyuwangi
Perbesar
Festival Ngrandu Buko, ajang menunggu waktu berbuka dan berburu takjil di Banyuwangi. Foto: Dok Kominfo Banyuwangi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banyuwangi - Berburu makanan takjil sembari menunggu waktu berbuka puasa di bulan Ramadan menjadi tradisi yang unik dan menarik di hampir setiap daerah di Indonesia. Hal ini juga berlaku pada sebagian besar warga Osing Kabupaten Banyuwangi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka menyebut kebiasaan ini dengan 'Ngrandu Buko'. Istilah ini berasal dari bahasa Osing yang artinya menunggu waktu berbuka. Tradisi ini kemudian diangkat menjadi sebuah event setiap bulan Ramadan yakni Festival Ngrandu Buko. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menyiapkan festival ini sebelum memasuki Ramadan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keberadaan pasar takjil tersebar di sejumlah kecamatan dan desa. Beberapa titik baru telah disiapkan sebagai lokasinya, salah satunya Pantai Marina Boom. Pasar takjil ini akan digelar sebulan penuh mulai pukul 15.00 WIB hingga 21.00 WIB

“Salah satu tradisi menarik di Indonesia selama Ramadan adalah berburu makanan takjil di sore hari. Karenanya kami mendorong agar pasar takjil ini semarak di seluruh kecamatan dan desa di Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam keterangan tertulis yang diterima TEMPO, Sabtu, 1 Maret 2025.

Festival Ngrandu Buko, ajang menunggu waktu berbuka dan berburu takjil di Banyuwangi. Foto: Dok Kominfo Banyuwangi

Ipuk menambahkan, Pasar Takjil Ramadan akan menjadi momentum yang pas untuk menggerakkan perekonomian warga dan para pelaku usaha mikro. Sebagaimana di tahun tahun sebelumnya, ada ribuan pedagang yang ikut berjualan di Pasar Takjil Ramadaan se Banyuwangi.

“Selain melestarikan tradisi berburu takjil, momentum ini kita jadikan upaya untuk mendorong geliat perekonomian warga. Tidak hanya UMKM saja, bahkan pasar takjil ini banyak dimanfaatkan ibu-ibu rumah tangga untuk berjualan guna menambah ekonomi keluarga,” ujar Ipuk.

Ipuk mendukung digelarnya pasar takjil yang banyak tumbuh di desa dan kampung-kampung warga. Namun, Ipuk mengimbau kepada masyarakat untuk membawa wadah atau kantong belanja sendiri saat berbelanja takjil.

“Silakan berburu makanan dan minuman di pasar-pasar, tapi jangan lupa untuk mengurangi kantong plastik, bawa kantong belanja sendiri. Bawa wadah juga kalau memungkinkan. Ayo kita biasakan untuk bawa kantong belanja dari rumah,” kata Ipuk.

Selain itu, Ipuk juga mengingatkan agar para pedagang memperhatikan higienitas makanan yang dijajakan. Selain rasa dan tampilan yang menarik, pemilihan bahan juga harus diperhatikan.

“Nanti akan ada laboratorium kesehatan keliling yang menguji kualitas makanan dan minuman secara bergilir ke sejumlah pasar takjil untuk memastikan higienitas makanan yang dijajakan. Kami berharap, makanan yang ada tidak hanya lezat tapi juga sehat," kata Ipuk.

Festival Ngrandu Buko, ajang menunggu waktu berbuka dan berburu takjil di Banyuwangi. Foto: Dok Kominfo Banyuwangi

Pemkab Banyuwangi telah mengeluarkan imbauan tentang pengurangan penggunaan kantong plastik terkait pelaksanaan pasar takjil ramadan. Dalam imbauan yang ditandatangani oleh Asisten dan Perekonomian dan Pembangunan Dwi Yanto disebutkan bahwa pembeli diharapkan untuk membawa wadah dan kantong belanja sendiri.      

Tak hanya pengunjung, para pedagang yang membuka lapak di bazar takjil Ramadan juga diimbau untuk tidak menggunakan kantong plastik/kresek sekali pakai sebagai wadah dagangannya.

"Sebagai gantinya pedagang kita minta untuk menyediakan kantong berbayar yang ramah lingkungan. Harus dimulai dari langkah kecil semacam ini untuk mengurangi sampah plastik yang telah menjadi isu besar persampahan," kata Dwi Yanto.

Pasar Takjil rutin digelar selama Bulan Ramadan di Banyuwangi untuk mendorong ekonomi warga. Pasar takjil ini banyak tumbuh di seluruh desa/kelurahan dan kampung-kampung di Banyuwangi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus