Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memperkenalkan paket wisata 3B yakni Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara untuk mengurangi beban di Bali selatan. Paket wisata 3B tersebut menargetkan 10 persen dari jumlah wisatawan yang datang ke Bali baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, paket wisata baru ini memiliki keterbatasan aksesibilitas. Saat ini, penerbangan ke Banyuwangi masih terbatas. Bali bagian utara dan barat juga belum memiliki bandara sendiri sehingga harus lewat pintu masuk Denpasar. Dari Denpasar, kawasan ini hanya bisa ditempuh lewat jalur biasa. Belum ada tol atau transportasi berbasis rel untuk menuju ke sana sehingga wisatawan harus menghabiskan banyak waktu di jalan.
Rencana Aksesibilitas Paket Wisata 3B
Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan Ekonomi Kreatif Ahli Utama, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyampaikan pemaparan mengenai pentingnya peningkatan aksesibilitas dan konektivitas destinasi wisata di Indonesia, khususnya di Bali. Menurut dia, saat ini pemerintah telah menyusun rencana peningkatan aksesibilitas paket wisata 3B dalam tiga tahap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jangka pendek, pemerintah akan mengoperasikan kapal penyeberangan 24 jam di jalur Ketapang, Banyuwangi - Gilimanuk, Bali. Ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih mudah dan cepat bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Bali dari Jawa, atau sebaliknya.
Jangka menengah, pemerintah akan menambah armada kapal cepat yang melayani rute Marina Boom Banyuwangi menuju Lovina di Buleleng, Bali. Kapal cepat ini direncanakan beroperasi dua kali sehari dengan pemberhentian di dermaga Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng. Peningkatan ini bertujuan untuk mempercepat waktu tempuh dari Banyuwangi ke Bali Utara, yang selama ini menjadi tantangan bagi wisatawan yang ingin mengunjungi kawasan tersebut.
Untuk jangka panjang, pemerintah merencanakan pengoperasian kapal cepat dengan frekuensi pemberangkatan hingga 10 kali sehari, serta pembangunan jalan tol Probolinggo-Banyuwangi dan jalan tol Bali yang akan mendukung konektivitas yang lebih baik antarwilayah. Pembangunan ini diharapkan dapat selesai dalam beberapa tahun ke depan dan menjadi solusi atas masalah aksesibilitas yang selama ini menghambat pertumbuhan pariwisata di daerah-daerah tersebut.
Aksesibilitas jadi Kendala Pariwisata Buleleng
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiba Askara, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya peningkatan aksesibilitas ini. Menurut Gede Dody, Buleleng memiliki banyak destinasi wisata yang potensial, namun masih terkendala oleh masalah aksesibilitas.
“Mudah-mudahan dalam tiga bulan ke depan kita bisa launching, Desember, sehingga meningkatkan lagi konektivitas karena di Buleleng, kendala terbesar dalam tourism adalah aksesibilitas,” ujarnya.
PUTRI ANI
Pilihan Editor: Travel Blogger Inggris Sebut Pesona Bali Hilang karena Jumlah Wisatawan Berlebihan