Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Gibran Analogikan Kebun Binatang untuk Wajib Pajak, Abdurrahim Arsyad Kesal

Komedian Abdurrahim Arsyad ungkap keresahannya soal pernyataan Gibran yang sebut kebun binatang untuk wajib pajak.

24 Desember 2023 | 20.08 WIB

Komika, Abdurrahim Arsyad. Foto: Instagram.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Komika, Abdurrahim Arsyad. Foto: Instagram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -- Calon wakil presiden atau cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka membuat pernyataan yang bikin komika, Abdurrahim Arsyad Tersinggung. Gibran menganalogikan upaya meningkatkan rasio pajak dan penerimaan pajak seperti memperluas kebun binatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan itu disampaikan Gibran saat menjawab pertanyaan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD dalam acara Debat Cawapres di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta pada Jumat, 22 Desember 2023. Jawab putra sulung Presiden Jokowi saat Mahfud MD bertanya mengenai strategi Gibran meningkatkan rasio dan penerimaan pajak itu jadi sorotan publik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Kita ini tidak ingin berburu di dalam kebun binatang. Kita ingin memperluas kebun binatangnya. Kita tanami, binatangnya kita gemukkan. Artinya apa? Membuka dunia usaha baru," tutur Gibran. 

Abdurrahman Arsyad Tak Mau Disamakan dengan Binatang

Menanggapi debat cawapres itu, komedian yang kerap disapa Abdur mengungkapkan keresahannya lewat beberapa cuitan di Twitter (X) pribadinya. Menurutnya, Gibran kurang etis karena menyamakan masyarakat yang wajib pajak sebagai binatang. "Capek-capek bayar pajak baru disamakan dengan binatang," tulis Abdurrahim Arsyad dikutip dari akun X pada Sabtu malam, 23 Desember 2023. 

"Yang sudah sangat lazim di kalangan orang perpajakan ini terasa kasar bagi saya sebagai wajib pajak. Orang pajak kan pintar-pintar, carilah analogi lain yang lebih enak," tulisnya lagi melanjutkan opini lain yang membela Gibran.

Meski analogi atau istilah yang dipakai oleh Gibran itu sudah umum digunakan di dunia perpajakan, Abdur mengaku tersinggung atas pemilihan analogi tersebut. Ia membalas komentar netizen yang sebut bahwa permasalahan alanogi itu normatif, yang penting adalah mengawal kebijakan pemerintah soal pajak negara.

"Dari dulu saya tidak pernah menolak kebijakan pemerintah terkait pajak. Justru karena saya dukung dan taat pajak, maka jangan anggap saya binatang dong. Kalian paham gak sih rasanya? Bayar pajak gede banget trus dibilang analogi binatang itu hal yang sudah sangat lazim," tulisnya.

Menurut Abdurrahim Arsyad, Analogi Gibran Buruk

Meski ia hanya menyuarakan keresahannya, para pendukung cawapres nomor urut 2 justru membela Gibran dengan rangkaian fakta-fakta lain. Misalnya, kutipan dari media lain yang menyebut bahwa Anies dan Ganjar juga pernah sebut analogi yang sama soal wajib pajak.

"Jadi gimana apa? Ya tetap salah. Penjelasan internal kalian (dengan analogi apapun), silakan. Tapi jangan pake analogi yang tidak enak ketika di masyarakat umum," tulisnya. 

Dituduh sebagai buzzer, pemain film Susah Sinyal itu semakin membela pendapatnya bahwa bahasa tersebut kurang etis."Justru karena saya paham analogi makanya saya sadar itu adalah cara analogi yang buruk," tulisnya.

"Bahasa itu ada rasa. Gak “cuma”. Penonton war tiket, keluar uang banyak, effort ke venue, terus saya bawa materi samain penonton dengan binatang. Di mana etika saya sebagai orang yang terima uang dari penonton?," cuit komika dengan akun @abdurarsyad.

Meski begitu, ia akhirnya merasa bahwa perdebatan di linimasa Twitter-nya hanya melelahkan. Dia pun menyudahi komentar-komentar netizen dengan meminta maaf dan menutup opininya.

"Sudah ya. Ternyata memang capek. Saya takut makin lama, makin tidak ada faedah. Toh, yang saya maksudkan, teman-teman sudah paham. Selamat berhari libur. Semoga dijaga selalu dalam kebaikan. Saya mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kata-kata yang tidak pantas," tulis Abdurrahim Arsyad.

Intan Setiawanty

Memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2023. Alumni Program Studi Sastra Prancis Universitas Indonesia ini menulis berita hiburan, khususnya musik dan selebritas, pendidikan, dan hukum kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus