Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Hari Batik Nasional, Inilah 5 Kota Batik di Pulau Jawa yang Menarik Dikunjungi

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas batik yang berbeda, yang mencerminkan tradisi, filosofi, dan lingkungan alam di sekitarnya.

2 Oktober 2024 | 21.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Batik secara resmi diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karya seni yang dituangkan ke dalam kain ini tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mencerminkan kehidupan, alam, dan keyakinan masyarakat Indonesia. Batik tidak hanya sekadar produk tekstil, tetapi juga representasi dari sejarah panjang, kreativitas, serta identitas budaya yang mendalam di Nusantara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Batik di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan di Jawa, sekitar abad ke-6. Awalnya, batik menjadi bagian dari kehidupan para bangsawan dan keluarga kerajaan, terutama di Jawa. Pada masa itu, batik merupakan simbol status sosial yang menunjukkan derajat tinggi seseorang. Seiring waktu, seni membatik menyebar ke luar keraton dan menjadi bagian dari budaya masyarakat umum.

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas batik yang berbeda, yang mencerminkan tradisi, filosofi, dan lingkungan alam di sekitarnya. Berikut adalah lima kota batik di Indonesia yang memiliki keunikan masing-masing.

1. Yogyakarta

Yogyakarta, sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, memiliki batik yang sangat khas dan erat kaitannya dengan tradisi keraton. Batik Yogyakarta umumnya menggunakan warna dasar hitam, cokelat, dan putih yang melambangkan alam, kesucian, dan kebijaksanaan. Motif-motif batik Yogya sarat akan makna filosofi, seperti motif parang yang melambangkan kekuatan dan keberanian, serta motif kawung yang melambangkan kesempurnaan dan keadilan.

Tradisi membatik di Yogyakarta sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram, di mana para wanita bangsawan belajar membatik sebagai bagian dari pendidikan mereka. Hingga kini, batik Yogyakarta tetap diproduksi dengan metode tradisional dan dijaga keasliannya melalui aturan-aturan yang ketat, terutama untuk batik yang digunakan dalam upacara adat keraton.

2. Pekalongan

Pekalongan dikenal sebagai kota batik yang penuh warna dan beragam motif. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan Pantai Utara Jawa membuat Pekalongan terpengaruh oleh berbagai budaya, seperti Cina, Belanda, Arab, dan India. Hal ini tercermin dalam motif batik Pekalongan yang lebih berani dalam penggunaan warna-warna cerah seperti merah, biru, hijau, dan oranye.

Salah satu motif batik khas Pekalongan adalah motif Jlamprang, yang dipengaruhi oleh budaya Arab dengan pola geometris dan tanpa unsur makhluk hidup, sesuai dengan ajaran Islam. Keunikan batik Pekalongan terletak pada kebebasan dalam berekspresi dan adaptasi terhadap perubahan zaman, sehingga motif-motif baru terus muncul tanpa meninggalkan akar tradisinya.

3. Solo

Solo, yang juga dikenal dengan nama Surakarta, memiliki tradisi batik yang tidak kalah kaya dengan Yogyakarta. Batik Solo umumnya menggunakan warna-warna yang lebih gelap dan elegan seperti cokelat sogan, biru tua, dan hitam. Motif-motif batik Solo sering kali memiliki makna spiritual dan filosofi hidup, seperti motif Sidomukti yang melambangkan harapan akan kemakmuran dan kebahagiaan.

Batik Solo juga terkenal dengan teknik pembuatan yang sangat halus dan presisi. Proses pembuatan batik tulis Solo memerlukan ketelitian tinggi, di mana setiap garis dan titik harus digambar dengan tangan secara detail. Solo, bersama dengan Yogyakarta, menjadi pusat kebudayaan batik klasik yang hingga kini masih sangat dihormati di Indonesia.

4. Cirebon

Cirebon, sebagai kota pesisir di Jawa Barat, memiliki batik dengan ciri khas yang sangat berbeda dari daerah lain. Batik Cirebon dikenal dengan motif Megamendung yang menyerupai awan di langit. Motif ini dipengaruhi oleh budaya Cina, mengingat Cirebon merupakan salah satu pusat perdagangan yang sering berinteraksi dengan para pedagang dari negeri tersebut.

Batik Megamendung memiliki makna mendalam, yaitu ketenangan dan kesejukan. Warna-warna yang digunakan dalam batik Cirebon juga lebih cerah dan kontras, seperti merah, biru, dan hijau. Selain motif Megamendung, batik Cirebon juga sering menampilkan motif-motif flora dan fauna, yang mencerminkan kekayaan alam di sekitar pesisir Cirebon.

5. Rembang

Rembang, khususnya daerah Lasem, memiliki batik yang sangat khas dengan pengaruh budaya Cina yang kuat. Batik Lasem terkenal dengan warna merahnya yang pekat, yang disebut sebagai merah Lasem. Warna ini dipercaya tidak dapat ditemukan di tempat lain karena penggunaan pewarna alami dari daerah tersebut.

Motif batik Lasem sering kali menggambarkan kisah-kisah Cina, seperti naga, burung phoenix, dan bunga teratai, yang dipadukan dengan motif khas Jawa seperti parang dan kawung. Lasem sebagai kota pelabuhan sejak zaman Majapahit telah menjadi tempat bertemunya budaya Jawa dan Cina, yang tercermin dalam keunikan batik Lasem.

Batik, dengan segala keindahan dan makna yang dikandungnya, adalah cerminan dari kekayaan budaya Indonesia. Setiap kota memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing, yang menjadikan batik tidak hanya sebagai produk seni tetapi juga sebagai jendela untuk memahami sejarah dan identitas bangsa.

PUTRI ANI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus