Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Havana ibu kota Kuba mungkin kemegahan yang usang di abad 21. Namun, eksotisme negeri yang memiliki sejarah panjang perselisihan dengan Amerika Serikat itu tak bisa ditolak. Romansa tahun 1950-an sangat kuat, dengan penduduk yang ramah, kejahatan yang minim, dan lanskap gunung dan laut yang indah, membuat Kuba adalah tempat berlibur yang sempurna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jalan-jalannya dipenuhi dengan mobil-mobil Amerika tahun 50-an – yang membuatnya seolah-seolah studio alam pembuatan film Hollywood. Havana dipenuhi dengan kastil-kastil kolonial, biara, dan alun-alun berbatu. Mobil-mobil tua dengan sirip tajam di belakang meraung di sepanjang bulevar pinggir laut Malecón.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tarian sensual disediakan di klub malam Tropicana, yang menyajikan kabaret hiburan bagi para tuan tanah pada erw sebelum revolusi trio Fidel Castro, Che Guevara, dan Raul Castro.
Havana kini beranjak menjadi kota yang lebih terbuka. Suasana kotanya mirip dalam roman yang ditulis pengarang Amerika Serikat, Ernest Hemingway. Sosialisme sedang surut, gantinya berupa kapitalisme yang masih terpendam. Namun wujud nyatanya adalah rumah-rumah mulai membuka restoran, dengan hidangan rumahan ala Kuba yang lezat. Wisatawan tak sulit menemukan makanan murah dan enak.
Felix Guirola (52), mengendarai sepeda buatannya sendiri saat melintasi kota Havana, Kuba, 20 Juli 2016. Sepeda dengan tinggi 7.5 meter ini dilengpai dengan frame khusus untuk iklan. REUTERS/Alexandre Meneghini
Bahkan turis-turis Amerika Serikat yang butuh suasana Miami di masa lalu, berduyun-duyun berlibur ke Kuba. Hotel-hotel butik bernuansa kolonial telah dipenuhi wisatawan Amerika Serikat. Kuba juga membuka investasi di bidang perhotelan.
Wujudnya ada pada Hotel Saratoga, hotel utama Havana. Di balik fasad kolonialnya terdapat kamar-kamar yang luas dengan gaya yang klasik, namun dengan fasilitas abad ke-21. Ini adalah satu-satunya hotel di Havana dengan Wi-Fi gratis. Kolam renang berada di atap memiliki tempat berjemur dan bersantai. Di restoran Anacaona yang bertema Moor, Anda dapat menghirup cerutu dan menikmati koktail di bar mezzanine yang menyala bagai neon.
Lalu di pinggir pantai Laut Malecon, terdapat Hotel Nacional, yang pernah ditempati Al Capone hingga Naomi Campbel. Lobi bertema Moor menampilkan arsitektur yang luar biasa. Sementara barnya menawarkan minuman stogies dan mojito yang nikmat.
Havana juga ramah pada wisatawan kelas menengah hingga backpacker. Hostal Los Frailes Beberapa langkah dari Plaza Vieja di jantung Habana Vieja (Havana Lama), merupakan hotel kelas menengah dengan fasilitas modern.
Sementara hotel budget-nya cukup oke. Salah satunya Hostal Valencia berupa rumah peninggalan Spanyol, yang lantai dasarnya diubah menjadi restoran yang menyajikan paella dan bar bistro. Sementara lantai atasnya berupa kamar tidur antik dengan lantai marmer yang sejuk.
Resto
Sekali lagi, Havana sangat ramah dengan berbagai macam selera wisatawan. Resto La Guajira merupakan tempat bersantap para diplomat asing, ekspatriat, dan tamu-tamu VIP. Resto berlantai tiga ini, dindingnya dipenuhi dengan foto dan poster.
Pemiliknya, Enrique Nuñez pernah tinggal di Spanyol dan membawa savoir-faire Eropa ke dalam menu, seperti ayam mustard madu dan babi dalam saus mangga.
Top Model asal Brasil, Gisele Bundchen berpose sebelum fashion show bersama rumah mode Chanel di jalan Paseo del Prado di Havana, Kuba, 3 Mei 2016. REUTERS/Alexandre Meneghini
Lalu ada Paladar, restoran yang dibuka di rumah-rumah penduduk. Sebagian berada di atap apartemen di distrik Vedado. Resto rumahan itu menyajikan menu-menu Kuba yang terus berubah, mengikuti kata hati pemasaknya. Dan yang pasti, hidangan penutupnya berupa brownies cokelatnya sangat luar biasa – coklatnya benar-benar berasal dari perkebunan dataran tinggi di Kuba.