Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan wisatawan ke Jammu dan Kashmir India memecahkan rekor terbesar sejak pemerintaha kolonial Inggris pada 1947. Tahun ini, jumlah wisatawan yang datang ke wilayah yang dilanda perselisihan itu mencapai 16,2 juta orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terkenal dengan pegunungan Himalaya yang bersalju, sungai berarus deras, taman era Mughal, padang rumput Alpen dan rumah perahu di sekitar danau yang indah, wilayah federal telah mengalami kebangkitan pariwisata domestik sejak sebagian besar pembatasan Covid-19 berakhir tahun ini. Menurut pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, hal itu menjadi tanda pembangunan ekonomi di wilayah yang dilanda perselisihan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rekor kedatangan wisatawan adalah keuntungan bagi pemerintah Modi yang mencabut hak khusus Jammu dan Kashmir yang mayoritas Muslim pada 2019. India yang mayoritas beragama Hindu telah memerangi pemberontakan separatis Islam selama beberapa dekade di Kashmir, yang juga diklaim oleh negara tetangga Pakistan.
"Kashmir menjadi hidup!" Piyush Goyal, Menteri Perdagangan dan Industri India di Twitter. Dia mengatakan 16,2 juta wisatawan telah berkunjung sejak Januari, jumlah tertinggi dalam 75 tahun. "Inisiatif dan reformasi transformatif pemerintah untuk mengangkat J&K telah memberikan dorongan besar bagi pariwisata".
Goyal tidak mengatakan berapa tinggi tahunan sebelumnya. Meskipun dia tidak merinci, sebagian besar pengunjung di Kashmir adalah turis domestik. Wisatawan asing memerlukan izin khusus untuk mengunjungi sebagian besar wilayah Jammu dan Kashmir.
Bulan lalu, seorang pejabat tinggi pemerintah meresmikan gedung bioskop multi-layar di Srinagar, kota terbesar di Kashmir, lebih dari dua dekade setelah bioskop ditutup di sana. Meski begitu, di Kashmir masih terjadi kekerasan sesekali. Kepala layanan penjara Kashmir dibunuh pekan ini ketika menteri dalam negeri mengunjungi wilayah tersebut. Sebuah kelompok militan mengaku bertanggung jawab.
REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.