Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Kemeriahan Festival Setsubun di Jepang: Yang Dilakukan Sambut Musim Semi

Saat festival Setsubun di Jepang berlangsung, kita akan menjumpai tradisi unik dan dipercaya bisa mengusir setan dari musim dingin.

4 Februari 2025 | 14.49 WIB

Festival Setsubun di Jepang. beeboys/Shutterstock.com
Perbesar
Festival Setsubun di Jepang. beeboys/Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Setsubun memiliki arti “pembagi musim” dalam bahasa Jepang. Hari untuk mengakhiri musim dingin dan sebelum dimulainya musim semi di Jepang, dirayakan dengan sebuah festival setsubun yang dimulai setiap tanggal 3 Februari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dalam sejarahnya, menurut GBNI perayaan setsubun merupakan perayaan tahunan yang diselenggarakan di istana kaisar.

Di buku Engishiki, berbagai macam boneka tanah liat berwarna dipajang di berbagai gerbang di halaman istana. Boneka-boneka itu berbentuk seperti anak-anak dan sapi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat setsubun, biasanya ada tradisi mengusir Oni yang konon berakar pada upacara Tsuina yang dikenal sejak zaman Heian. Perayaan setsubun pula, pada zaman dahulu tidak hanya dilakukan sebelum musim semi, tetapi pada musim lainnya, seperti musim panas, musim gugur, dan musim dingin.

Apa yang Kita Lakukan di Sesubun?

Dilansir Japan Experience, ada beberapa tradisi yang dilakukan saat festival ini berlangsung. Karena dipercaya sebagai kesempatan untuk mengusir setan yang menetap di musim dingin. Biasanya masyarakat akan melakukan Mame Maki atau melempar kacang, sambil mengucapkan “Oni wa soto! Fuku wa uchi” yang artinya “Usir setan! Masuki kebahagiaan”.

Selain itu, kuil-kuil akan ikut berpartisipasi dalam pesta dan menyelenggarakan acara khusus. Biasanya acara yang dilakukan berupa komedi dengan pertunjukan drama Kyogen dan tarian tradisional. Beberapa menyelenggarakan tarian setan yang terkenal yang ditandai dengan kostum dan karikatur aneh. Mereka menyebutnya Oni Odori.

Lebih jauh, di Tokyo biasanya akan mengundang selebriti, seperti politisi, pesumo atau bintang TV, untuk melakukan tradisi melempar kacang kering. Namun, ada satu kota yang terkenal dengan Setsubunnya yang gemilang, yakni Kota Nara. 

Selama tiga hari, kita akan melihat tiga ribu lentera tradisional Jepang bersinar di Kota Nara. Tradisi ini sudah diteruskan masyarakat selama lebih dari delapan ratus tahun. Beberapa lentera dinaikkan untuk mengenang para samurai yang bertempur selama periode Sengoku dari abad ke-15 sampai abad ke-18.

Festival Setsubun di Kota Nara ditemani oleh lentera dan diwarnai oleh puisi. Selain melempar kacang, pengunjung juga bisa membeli jimat keberuntungan dan patung kuda. Cahaya hangat dari lentera membangkitan mistisme shinto dalam festival tersebut.

Sementara itu, ada satu tradisi terakhir yang bisa dijumpai dalam festival Setsubun, yakni makan futomaki panjang yang disebut ehomaki. Futomaki atau gulungan sushi tebal yang dibungkus rumput laut, biasanya berisi ikan mentah dan sayuran. 

Orang-orang akan memakan sushi sambil melihat ke arah tertentu, yang menurut kepercayaannya menghadap ke arah dimana dewa keberuntungan berada selama setahun. Uniknya lagi, saat makan, kita dilarang untuk berbicara sampai sushi tersebut habis. 

Fun Japan, mencatat setsubun merupakan tradisi yang bertujuan untuk mengusir energi negatif dan mendatangkan keberuntungan. Festival ini menjadi populer dan sangat ditunggu-tunggu di Jepang.

FUN JAPAN | JAPAN EXPERIENCE | GBNI
Pilihan editor: Fakta-fakta Randoseru, Tas Ransel Sekolah Khas Jepang

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus