Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Lebaran Ketupat, Tradisi Muslim di Jawa Sepekan Setelah Idul Fitri

Tradisi Lebaran Ketupat turun temurun dilakukan di Jawa sepekan setelah Idul Fitri. Bagaimana prosesinya?

14 April 2024 | 11.35 WIB

Puluhan Gunungan Ketupat didoakan sebelum diperebutkan dalam Lebaran Ketupat di Bukit Sidoguro kawasan Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Klaten, 13 Juli 2016. Lebaran ketupat merupakan sebuah tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala. TEMPO/Bram Selo Agung
Perbesar
Puluhan Gunungan Ketupat didoakan sebelum diperebutkan dalam Lebaran Ketupat di Bukit Sidoguro kawasan Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Klaten, 13 Juli 2016. Lebaran ketupat merupakan sebuah tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala. TEMPO/Bram Selo Agung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Umat muslim Jawa memiliki tradisi yang unik setelah melaksanakan Hari Raya Idul Fitri. Mereka akan melaksanakan lebaran kedua yang dinamakan sebagai Lebaran Ketupat.

Lebaran ketupat adalah lebaran yang diselenggarakan setelah puasa sunnah syawal yaitu pada 8 Syawal. Puasa sunnah syawal sendiri dilaksanakan selama enam hari yaitu pada tanggal 2 syawal sampai dengan 7 syawal.

Awal Mula Tradisi Lebaran Ketupat

Lebaran ketupat merupakan sebuah tradisi di bulan syawal yang dilakukan beberapa tempat di jawa. Lebaran ini tidak berdasarkan sejarah islam karena tidak tertulis dalam Al Quran ataupun dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Banyak masyarakat jawa mempercayai bahwa tradisi ini dibawa oleh Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari sosok Walisongo. Ia membawa tradisi ini sebagai tradisi slametan.

Inspirasi penyebaran dakwah dengan ketupat ini bermula dari Sunan Kalijaga yang tertarik dengan masyarakat pesisir pantai dalam menyajikan makanannya.

Masyarakat pesisir pantai sudah terbiasa membungkus makanannya menggunakan daun muda dari kelapa. Pohon kelapa sendiri sudah menjadi identitas masyarakat pesisir pantai.

Menurut Budayawan Zastrouw Al-Ngatawi, pada era walisongo, tradisi lebaran ketupat disebut juga sebagai tradisi kupatan. Tujuan dari Lebaran Ketupat atau Kupatan ini adalah mengenalkan ajaran islam terkait dengan rasa syukur.

Rasa syukur dalam islam yang ingin diajarkan oleh Sunan Kalijaga adalah manusia dapat bersyukur kepada Allah SWT dengan cara bersedekah dan saling tukar sapa saat lebaran.

Menurut Wakil Ketua Pengadilan Agama Penajam Achmad Fauzi dalam tulisannya di kanal Pengadilan Agama Penajam, terdapat filosofi dibalik lebaran di Indonesia yang identik dengan ketupat atau beras yang dibungkus dari anyaman daun kelapa muda.

Ketupatnya sendiri dianggap sebagai penebusan dosa. Anyaman daun kelapa dari ketupat merupakan gambaran dosa manusia yang rumit dan banyak. Penebusan dosa terjadi saat hari raya idul fitri yang disimbolkan dengan ketupat.

"Ketika antar sesama saling mengikhlaskan diri dari segala dendam dan kedengkian, ketika taubat benar-benar diteguhkan dalam hati, maka hati kembali suci dan fitrah sebagaimana tergambar pada warna putih ketupat jika dibelah dua," kata Achmad dikutip dari penajam.go.id.

Filosofi jawa lainnya mengatakan, Ketupat atau Kupat merupakan singkatan dari Ngaku Lepat yang artinya meminta maaf dan Laku Papat yang berarti empat tindakan.

Ngaku lepat dalam tradisi jawa juga dikenal sebagai sungkeman. Tradisi ini dilakukan saat hari raya idul fitri untuk memohon ampunan dan keikhlasan kepada orang tua. Selain itu, sungkeman juga merupakan simbol penghormatan kepada orang tua.

Kemudian, Laku papat atau empat tindakan yang dimaksud adalah lebaran yang artinya mengakhiri puasa, luberan yang artinya melimpah atau kelimpahan dan harus bersedekah (zakat), leburan artinya habis atau lebur dosa-dosa kita karena saling memaafkan, dan laburan yang diambil dari kata benda labur atau kapur dengan fungsi memutihan dinding. Dengan begitu laburan menggambarkan terjaganya kesucian lahir dan batin.

ADINDA ALYA IZDIHAR | RISMA DAMAYANTI | KARUNIA PUTRI

Pilihan Editor: 4 Perayaan Lebaran Ketupat, Begini Keunikan Masing-masing

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus