Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi membuka Ruang Pameran di Museum Muhammadiyah yang berlokasi di kompleks Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin, 3 Februari 2025. Museum yang terdiri dari empat lantai dan dibangun sejak 2017 itu sebenarnya telah beroperasi sejak 2022, tapi ruang pameran ini baru ditambahkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum itu memiliki berbagai koleksi arsip hingga benda bersejarah milik persyarikatan sebanyak 2.812 item yang merangkai perjalajan organisasi yang berdiri sejak 1912 itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Setiap bulannya ada sekitar tiga ribu orang berkunjung di museum ini, untuk melihat perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa," kata Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah yang juga Rektor UAD Yogyakarta, Muchlas.
Koleksi Museum
Ada sejumlah koleksi menarik yang disajikan dalam museum itu, seperti mesin cetak awal abad 20, mimbar tablig yang sudah ada sejak 1928, juga ranjang klinik sehat Muhammadiyah.
Namun, yang tak kalah unik dari sejumlah koleksinya yakni replika Kapal Misphil sepanjang hampir tiga meter yang diletakkan di lantai 2 museum itu. Narator museum itu menjelaskan, kapal itulah yang digunakan orang-orang asal Indonesia berangkat haji pada1903-1905 atau di zaman yang sama ketika pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan, berangkat haji.
Keris pemberian Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB VII di Museum Muhammadiyah Yogyakarta, Senin, 3 Februari 2025. Tempo/Pribadi Wicaksono
Benda koleksi menarik lainnya yang dipajang di museum itu adalah sebilah keris tua yang merupakan pemberian Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1922) kepada tokoh awal pergerakan Muhammadiyah sekaligus murid Ahmad Dahlan, Kiai Haji Sudjak. Sudjak dikenal sebagai tokoh yang pada 1920-an menginisiasi lahirnya lembaga kesehatan bernama Penolong Kesengsaraan Umum (PKU) Muhammadiyah.
Keris itu diberikan Sultan HB VII kepada Sudjak atas perannya bersama PKU Muhammadiyah dalam memberi pertolongan kesehatan kepada warga Yogyakarta.
Jejak Sejarah dalam Museum
Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang hadir dalak pembukaan Museum Muhammadiyah itu mengatakan, dengan usia organisasi itu yang sudah menginjak 102 tahun, tentu banyak sekali jejak sejarah yang terdokumentasikan dan penting disimak kembali melalui wahana museum ini.
"Museum Muhammadiyah ini cukup megah dan lengkap dengan narasi yang bisa memberi wawasan pengunjung perjalanan persyarikatan ini dari masa lalu hingga masa kini," kata Fadli.
Museum ini, kata Fadli, membuat pengunjung hanya butuh waktu sekitar satu sampai dua jam untuk sekilas melihat sejarah, kiprah, dan perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa.
Fadli Zon, yang memiliki sejumlah koleksi artefak perjalanan Muhammadiyah, berencana turut menyumbangkan koleksinya ke museum itu. Artefak itu bermacam-macam mulai dari majalah terbitan awal Muhammadiyah hingga yang surat penandatanganan Bung Karno sebagai Ketua Dewan Pengajaran Muhammadiyah pada 1938-1940 ketika dalam pengasingannya di Bengkulu.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menuturkan, pihakmya mengapresiasi rencana Fadli yang akan menyumbangkan artefak penting untuk melengkapi koleksi museum ini. "Hadirnya Museum Muhammadiyah ini untuk membangun kesadaran masyarakat akan nilai sejarah dan pengetahuan anak bangsa," kata dia.