Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebun kopi arabika di Desa Tolajuk, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, berpotensi menjadi desa wisata berkembang. Menurut Tim Peneliti Pusat Pemberdayaan Perdesaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), setidaknya ada empat jenis wisata desa yang bisa menggaet pelancong lokal serta turis mancanegara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim yang terdiri dari beberapa peneliti yaitu Pathmi Noerhatini, Dicky Rezady Munaf, Allis Nurdini, Gilang A. Pratama, M. Alkhadri, dan Tsamrotul Jannah, pada Agustus-November 2024 berada di Desa Tolajuk untuk mendukung pengembangan desa wisata berbasis kebun kopi arabika. Kegiatan yang dananya didukung Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat ITB melalui Program Bottom-Up 2024 itu melibatkan pemerintah daerah, masyarakat setempat, dan perusahaan.
Wisata berbasis agroforestri
Fokus tim meliputi pelatihan pertanian berkelanjutan, pengelolaan pasca-panen, hingga strategi promosi wisata. Adapun kopi arabika Desa Tolajuk sebelumnya telah mendapat pengakuan sebagai specialty coffee dengan karakteristik rasa unik, termasuk nuansa flowery-coffee blossom, fruity-lemony, spicy-chilli like, dan aroma belimbung atau star fruit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu menurut anggota tim peneliti ITB Pathmi Noerhatini, Desa Tolajuk juga memiliki posisi strategis sebagai gerbang pendakian menuju puncak Gunung Latimojong. “Kombinasi keindahan alam serta kopi berkualitas tinggi menjadikannya lokasi yang ideal untuk pengembangan wisata berbasis agroforestri,” katanya di laman ITB, Kamis 28 November 2024.
Kopi dan mendaki gunung
Menurutnya ada beberapa potensi pengembangan, yaitu agrowisata kopi arabika yang menawarkan pengalaman memetik dan mengolah kopi hingga mencicipi berbagai varian, seperti kopi jahe dan kopi ginseng. Kemudian wisata alam dan budaya terkait dengan kondisi sungai yang jernih, keberadaan rumah adat, serta keramahan penduduk lokal.
Untuk pendakian ke Gunung Latimojong menurut Pathmi Noerhatini, Desa Tolajuk bisa sebagai titik awal yang ideal. Kemudian diversifikasi produk kopi yaitu mengembangkan produk turunan seperti kopi kemasan dan suvenir berbasis kopi.
Tim peneliti ITB mengajukan solusi terkait pembangunan infrastruktir, sosialisasi intensif, dan penggalangan dana melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), serta dukungan pemerintah. Tujuannya untuk mengatasi keterbatasa aksesibilitas, meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi desanya, dan kebutuhan pendanaan yang besar untuk mengembangkan desa wisata.