Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada Senin dini hari, 5 Juni 2023, masyarakat Suku Tengger berbondong-bondong menuju Pura Luhur Poten atau Sanggar Agung Poten yang berada di kaki Gunung Bromo, Jawa Timur. Mereka melaksanakan prosesi ritual Yadnya Kasada 1945 Saka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Pura Luhur Poten, warga suku Tengger dari berbagai wilayah berkumpul untuk melaksanakan sembahyang dan membaca mantra-mantra sejak pukul 03.00 WIB. "Proses pelaksanaan dimulai dari sembahyang dan doa-doa di Pura Luhur Poten Gunung Bromo hingga kegiatan larung sesaji itu telah berjalan dengan baik dan lancar," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto, Senin.
Mereka mengikuti berbagai macam rangkaian yang diawali dengan pembacaan kidung religi diiringi gamelan, menyucikan tempat persembahyangan, pembacaan kitab suci Weda, pembacaan sejarah Kasada serta perkawinan Rara Anteng dan Jaka Seger. Prosesi sembahyang dipimpin oleh pinandhita yang dibantu oleh para pemuka agama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terdapat ritual adat Nglukat umat Hindu, yakni membagikan bija yang ditempelkan pada bagian wajah. Memberikan wewangian di sebelah kanan sekaligus pembakaran dupa dan memercikkan air suci," kata Bambang.
Di tengah prosesi ritual itu, ada prosesi pemilihan calon Dukun Adat yang menggantikan dukun sebelumnya.
Selanjutnya, masyarakat Tengger yang berasal dari Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang melakukan lelabuhan sesajen atau dikenal dengan larung sesaji. Mereka berangkat dari Pura Luhur Poten menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa sesajen berupa hasil bumi seperti hasil pertanian dan hewan ternak.
"Itu sebagai wujud ungkapan rasa syukur dan penghormatan untuk para leluhur karena telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Tengger," kata Bambang.
Menurut Bambang, tradisi larung sesaji itu merupakan penggenapan janji warga Tengger kepada Joko Seger dan Roro Anteng. "Sebagaimana yang sudah dikisahkan yakni Roro Anteng yang telah mengorbankan putranya bernama Kesuma untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo," ujarnya.
Kisah Joko Seger dan Roro Anteng merupakan awal mula hadirnya suku Tengger. Joko Seger adalah anak keluarga Brahmana, sedangkan Roro Anteng adalah putri Kerajaan Majapahit.
Setelah lama menikah, keduanya tak juga dikaruniai anak. Keduanya pun berdoa dan bernazar kepada dewa untuk memiliki anak. Doa itu terkabul dan mereka memiliki 25 anak.
Namun mereka harus mengorbankan salah satu anak mereka sebagai nazar. Akhirnya, anak bungsu mereka yang bernama Kesuma dikorbankan dan itu bertepatan dengan tanggal 14 Kasada yang menjadi waktu pelaksanaan ritual Yadnya Kasada.
Ritual Yadnya Kasada ditutup dengan kegiatan selamatan di masing-masing desa yang dipimpin langsung oleh dukun adatnya.
Selama rangkaian Yadnya Kasada oleh masyarakat Suku Tengger, kawasan objek wisata Gunung Bromo ditutup untuk masyarakat umum selama tiga hari sejak Sabtu, 3 Juni hingga Senin, 5 Juni untuk menghormati upacara ritual tersebut.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.