Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Isra Mikraj atau Isra Miraj momentum perjalanan Nabi Muhammad yang kelak mendapat perintah salat lima waktu untuk umat Islam. Kisah mengenai momentum ini diperingati melalui berbagai tradisi di Indonesia. Apa saja?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Pembacaan Kitab Arja di Temanggung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Temanggung, Desa Wonoboyo memiliki tradisi unik dalam merayakan Isra Mikraj. Dikutip situs web NU, mereka mengadakan pembacaan kitab Arja pada malam Isra Mikraj. Acara dimulai sekitar pukul 20.00 dengan pembukaan dan pembacaan tahlil. Acara dilanjutkan pembacaan kitab Arja. Kitab ini berbahasa Jawa dengan tulisan Arab pegon warisan kiai sesepuh Ahmad Rifai al-Jawi yang membabarkan secara detail kisah Isra Mikraj Nabi Muhammad.
Kitab tersebut akan dibacakan oleh dua orang kiai Desa Wonoboyo secara bergantian. Kitab ini dikenal pula dengan nama yang lengkap, Arjaa Syafaat. Artinya, saya berharap mendapatkan syafaat.
2. Hajad Dalem Yasa Peksi Burak di Yogyakarta
Dikutip dari situs web Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, ada tradisi Hajad Dalem Yasa Peksi Burak di Yogyakarta. Yasa berarti membuat atau mengadakan. Peksi adalah burung. Burak adalah buraq, makhluk yang diyakini menjadi kendaraan nabi saat melakukan Isra Mikraj.
Peksi burak dibuat menggunakan buah dan kulit jeruk Bali. Buah dan kulit tersebut diukir menyerupai badan, leher, kepala, dan sayap burung. Adapun perbedaan burung jantan dan betina. Burung jantan dibentuk jengger, sedangkan yang betina tidak. Setelah selesai masing-masing Peksi Burak akan diletakkan di atas susuh atau sarang yang dirangkai dari daun kemuning sebagai tempat bertengger. Pekerjaan membuat Peksi Burak, miniatur pohon buah-buahan, merangkai bunga melati dan kantil hanya boleh dilakukan oleh kerabat dekat sultan.
3. Makan bersama di Pangkalpinang
Di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, menyambut Isra Mikraj dengan tradisi nganggung. Tradisi ini makan bersama di masjid. Menu makanan dibawa oleh warga yang ditempatkan di dalam dulang (talam). Nganggung sudah menjadi tradisi turun temurun yang digelar pada hari tertentu saja, antara lain Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, dan Isra Mikraj Nabi Muhammad, dikutip dari Antara.
Nganggung diawali dengan doa dan bacaan salawat, kemudian dulang dibuka secara serentak setelah dipersilahkan oleh imam masjid.
4. Kenduri di Watulawang, Kebumen
Di Desa Watulawang, Pejagoan Kabupaten Kebumen melakukan tradisi kenduri. Dikutip dari situs web Pemerintah Desa Watulangan, setiap satu keluarga membawa makanan sendiri dari rumah, nasi dan beragam lauk, kemudian berkumpul di rumah sesepuh desa berdoa dan makan bersama. Saat berkumpul di antara mereka saling bertukar makanan.
5. Maapam di Sumatera Barat
Di Sumatera Barat ada tradisi maapam yang dilakukan menjelang Isra Mikraj. Tradisi ini pembuatan apam yang dilakukan oleh ibu-ibu. Bahan dasar pembuat apam, tepung beras yang sudah ditumbuk, santan kelapa, garam, gula, dan sejumlah pemanis alami seperti gula aren. Setelah disiapkan, semua bahan diaduk menjadi satu dan berbentuk adonan putih.
YOLANDA AGNE | ELIK SUSANTO | LAILA IRA | YUNIA PRATIWI | ANTARA
Pilihan Editor: Mengenal Tradisi Maapam untuk Memperingati Isra Miraj