Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Anda yang senang menonton fim laga Indonesia di era 1980 hingga 1990-an, pasti tidak asing dengan sosok yang identik dengan peran antagonis. Ia adalah Advent Bangun yang sudah membintangi banyak film laga Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil Advent Bangun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir laman Indonesian Film Center, disebutkan bahwa Thomas Advent Perangin-angin Bangun merupakan seorang aktor Indonesia kelahiran Kabanjahe pada 12 Oktober 1952. Advent Bangun termasuk legenda dalam perfilaman Indonesia, khususnya film-film laga. Ia satu angkatan dengan George Rudy, Barry Prima, Ratno Timoer.
Adevnt yang terlahir dengan ayahn seorang jaksa, membuatnya mendapat didikan yang keras serta disiplin. Didikan tersebut pula yang membentuk pribadi Advent ketika dewasa.
Pada 1971 atau ketika berumur 19 tahun, Advent berhasil menjadi juara nasional karate dan selama 12 tahun berturu-turut ia menjadi juara satu nasional tanpa ada yang bisa mengalahkannya. Ia memutuskan untuk menigglakan kejuaraan karate nasional dan mulai tampil dalam kejuaaran karate dunia, seperti di Asia, Eropa, dan Amerika.
Kepiawaian Advent dalam bela diri membuatnya menjadi aktor film laga. Dalam catatan sejarah yang terkumpul, disebutkan bahwa ada kurang lebih 60 judul film dengan Advent Bangun sebagai aktornya dan uniknya ia banyak memeranakn karakter antagonis dalam sebuah film. Film pertama yang dibintangi oleh Advent Bangun adalah Rajawali Sakti pada 1976. Selanjutnya, dalam film Satria Bambu Kuning (1985), ia mulai menjadi pemeran utama.
Pada 2001, ia meninggalkan dunia hiburan dan terpanggil untuk menjadi seorang pendeta dan menggunakan nama baru yaitu Thomas Bangun. Sebagai seorang pendeta, ia banyak mengabarkan injil dan kabar keselamatan kepada banyak orang. Selain itu, ia banyak menceritakan jatuh bangun kehidupan yang sudah pernah dijalaninya.
Advent Bangun mengembuskan napas terakhirnya pada 10 Februari 2018 di RSUP Fatmawati Jakarta. Ia meninggal karena penyakit diabetes , gagal ginjal dan komplikasi yang dideritanya.
EIBEN HEIZIER
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.