Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Desa Wisata Adat Osing Kemiren, yang berlokasi di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, memiliki luas wilayah seluas 177.052 hektar dan ditempati oleh 2.569 penduduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama "Kemiren" berasal dari keberadaan banyak pohon kemiri di wilayah tersebut, sementara mayoritas penduduknya adalah suku Osing, suku asli Kabupaten Banyuwangi. Kawasan Desa Kemiren juga termasuk dalam wilayah Ijen Geopark sebagai situs kebudayaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemiren kaya akan keberagaman budaya, mencakup adat istiadat, bahasa, manuskrip, kesenian, tradisi lisan, ritual, pengetahuan, teknologi, dan permainan tradisional.
Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kemiren, tersedia homestay yang siap digunakan sebagai tempat menginap. Keberadaan homestay dengan desain arsitektur khas Osing dan keramahan penduduknya memberikan kenyamanan seakan berada di rumah sendiri.
Saat pertama kali tiba di Desa Wisata Osing, pengunjung akan disambut oleh tradisi terkenal mereka, yakni Tradisi Gedhogan. Tradisi ini turun-temurun dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen. Ketika musim panen tiba, para perempuan di sana menampilkan pertunjukan seni unik dengan memukul lesung dan alu sambil diiringi alunan angklung dan tabuhan gendang yang merdu.
Mengunjungi Desa Wisata Osing Kemiren akan terasa kurang lengkap jika tidak mencicipi kopi khas Osing yang terkenal enak. Karena wilayah ini melimpah dengan panen kopi, terdapat banyak kafe yang siap menemani pengunjung menikmati secangkir kopi pada pagi atau sore hari. Di sana, pengunjung juga memiliki kesempatan untuk mempelajari cara menyeduh kopi secara tradisional, mulai dari menumbuk, menyangrai, menyaring biji kopi, hingga menyajikannya dalam secangkir kopi. Teknik tradisional menyangrai kopi menggunakan wajan berbahan tanah liat memberikan aroma kopi yang khas, karena pengaruh kayu bakar yang digunakan untuk menyeduhnya.
Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan Tradisi Barong Ider Bumi, sebuah ritual tahunan yang dilakukan oleh suku Osing. Tradisi ini pertama kali diadakan pada tahun 1940-an dan biasanya dilakukan pada hari kedua setelah Hari Raya Idulfitri atau pada tanggal 2 Syawal, dimulai pukul dua siang. Barong dianggap sebagai lambang kebaikan dan diarak oleh warga desa dengan maksud mengusir hawa jahat yang diyakini dapat mengganggu kemakmuran desa.
Saat berada di kawasan desa, pengunjung akan menemui rumah adat Suku Osing yang terletak di sisi jalan dengan pintu ukiran kayu dan atap yang memiliki tiga desain berbeda, yakni tikel balung (atap empat sisi), baresan (atap tiga sisi), dan crocogan (atap dua sisi).
Selain menikmati keindahan alamnya, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan warga setempat sambil belajar lebih dalam mengenai budaya mereka, termasuk tradisi menyimpan batik dalam toples untuk menjaga keawetan batik dan tradisi khas "mepe kasur" yang melibatkan proses menjemur kasur secara bersamaan di sepanjang jalan sebagai simbol penolak penyakit atau bencana.
Ketika berkunjung ke Desa Wisata Osing Kemiren Anda dapat merasakan sensasi memasak masakan autentik Suku Osing bersama warga lokal. Beberapa hidangan unggulan yang dapat dicoba termasuk pecel pitik (ayam), tahu walik, dan uyah asem (ayam kuah asem) khas Osing.
JADESTA | INDONESIA TRAVEL
Pilihan editor: PLN Bangun Tracking Mangrove di Desa Wisata Lembar Selatan Lombok Barat