Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di Yogyakarta ada warung makan khusus roh halus. Sesuai namanya, menu makanan yang disediakan juga berbeda dengan menu makanan untuk manusia.
Baca juga:Warung Pecel Unik di Kediri, Berisik Banget dan Harga Jutaan
Dari daftar menu yang dipajang, ada menu bunga sripah, bunga macan kerah, leson, segala jenis minyak ritual dan lain-lainnya.
Apa yang pertama kali terbesit dipikiran ketika melihat nama warung ini? Unik, suguhanya bukan untuk manusia tapi roh halus.
"Sebenarnya ya jual kebutuhan umat beragama, bunga untuk sesaji, untuk ke makam, sripah, roncen, dupa, menyan, dan kebutuhan lain, "tutur Bambang Siswanto (53) sang pemilik kepada KRjogja.com, Minggu, 3 Februari 2019.
Bambang menceritakan, penggunaan nama warung ini memang dianggap tidak biasa bagi sebagian orang karena namanya yang tidak bisa dipikir oleh nalar.
bunga untuk sesaji dari Warung Makan Roh Halus (TEMPO/Susandijani)
Mulanya, warung ini adalah usaha yang diturunkan oleh ibunya. Karena semakin banyaknya penjual bunga di kawasan tersebut, Bambang membuat strategi untuk mengantisipasi pelanggannya agar tidak lari dan dapat mengingat nama warungnya.
Semenjak dibuat nama warung makan roh halus, banyak orang-orang penasaran dan singgah. Bahkan setelah mendengar penjelasan sang pemilik, mereka tertawa. "Sekarang malah jadi ikon mba disini," katanya. Warungnya sendiri terletak di Jalanl RE Martadinata 07 Wirobrajan.
Sebagai penjual bunga yang ada hubunganya dengan orang-orang meninggal, Bambang mengaku sering merasakan hal aneh. Ketika ada orang meninggal dan membutuhkan bunga.
Ia sudah merasakan tanda akan datang orang ke warungnya. Sebab itu, Bambang masih melayani pelanggan meskipun warung sudah tutup. Setiap hari ia buka dari pukul 05.00 – 22.00 WIB. Namun, tidak jarang ia bisa bukan hingga larut malam karena ada pembeli yang datang.
Baca juga: Pilih Mana Mie Setan atau Mie Iblis? Minumnya Es Pocong
Semenjak nama warungnya itu dikenal, usaha Bambang ramai setiap harinya apalagi pada momen libur. Pada hari biasa, dapat menghabiskan 20 oncot bunga, sedangkan di hari besar bisa sampai 40 oncot yang terjual. "Karena saya orang dagang, saya punya prinsip. Jangan mengikuti pasaran, tapi pasaran mengikuti saya," tutup Bambang. ( Evi Nur Afiah)
TERAS.ID | KRJOGJA.COM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini