Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Menilik Omah Kotabaru Yogyakarta yang Terawat Sejak Masa Penjajahan Belanda

Belakangan kawasan Kotabaru di Kota Yogyakarta jadi sorotan dan viral di media sosial akibat tumpukan gunungan sampah yang tak terangkut.

13 Oktober 2023 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Omah Kotabaru di Yogyakarta. (Dok.istimewa)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Belakangan kawasan Kotabaru di Kota Yogyakarta jadi sorotan dan viral di media sosial akibat gunungan sampah yang tak terangkut. Namun di balik viralnya persoalan sampah itu, Kotabaru merupakan satu kawasan heritage di pusat Kota Yogyakarta. Kawasan ini tercatat memiliki tak kurang 60 bangunan lawas berstatus cagar budaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kotabaru di masa lampau merupakan pusat permukiman warga Belanda pertama di Kota Yogyakarta yang diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1917-1920. Kawasan ini dibuat Belanda saat itu dengan konsep garden city sehingga tampak asri. Itu pula sebabnya di kawasan itu banyak tersisa bangunan bergaya indiesche.

Rumah bergaya Hindia Belanda

Hampir di setiap ruas jalan di kawasan Kotabaru terdapat bangunan bergaya indiesche itu. Di antara bangunan yang rata-rata memiliki halaman luas gedongan itu, ada satu bangunan yang cukup menarik, rumah ini dikenal dengan sebutan Omah Kotabaru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Omah Kotabaru ini awalnya dihuni para pekerja kelas atas pabrik-pabrik gula di Yogyakarta," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti pada Kamis, 12 Oktober 2023.

Pameran beragam benda di Omah Kotabaru yang digelar 9-13 Oktober 2023. (Dok.istimewa)

Yogyakarta di masa silam menjadi lokasi pendirian pabrik gula oleh Belanda. Salah satu pabrik gula terbesar dan masih beroperasi sampai sekarang adalah Pabrik Gula Madukismo di Kabupaten Bantul, perbatasan selatan Kota Yogyakarta.

Keberadaan warga Belanda yang bermukim di Kotabaru berangsur menghilang. Terutama pasca kedatangan tentara Jepang pada tahun 1942. Warga Belanda yang bermukim di Kotabaru termasuk penghuni Omah Kotabaru pun meninggalkan kediamannya.

Jepang lalu menjual aset Omah Kotabaru itu kepada bumi putera dan bangsawan-bangsawan Jawa. Raden Ngabehi Prajapangarsa, kerabat dari Kraton Surakarta, menjadi pemilik beberapa rumah di Kotabaru, salah satunya Omah Kotabaru. Kini rumah itu ditempati oleh cucu atau generasi ketiga dari Raden Ngabehi Prajapangarsa bernama Chandra Lukitasari.

Pameran Kotabaru Indis Abad XX

Hingga saat ini Omah Kotabaru masih terawat baik dan arsitekturnya tidak berubah.  Untuk memberi kesempatan masyarakat dan wisatawan melihat lebih dekat Omah Kotabaru yang bersejarah itu, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menggelar pameran budaya visual Kotabaru Indis Abad XX di Omah Kotabaru pada 9-13 Oktober 2023. 

“Jadi event ini untuk menunjukkan predikat Kotabaru sebagai kawasan heritage itu," kata Yetti.

Pameran di Omah Kotabaru ini menyajikan sederet foto pemilik awal bangunan itu, benda-benda terkait perkembangan sosial budaya Indis-Jawa seperti kain batik dan baju kebaya, peralatan makan dan minum, lukisan dan buku. Pameran itu terbuka untuk umum dan gratis.

Sekretaris Daerah Pemkot Yogyakarta Aman Yuriadiaya menuturkan, kawasan cagar budaya Kotabaru memiliki sekitar 60 bangunan cagar budaya yang masih terawat. Ini menjadi aset penting yang turut merepresentasikan perjalanan panjang Kota Yogyakarta di masa sebelum kemerdekaan hingga saat ini.

“Maka kami mendorong agar event-event semakin bertumbuh di Kotabaru," kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Mila Novita

Mila Novita

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus