Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Penangkaran Buaya di Pulau Bulan Jebol, Kepala BP Batam Khawatir Pariwisata Terganggu

Total buaya di penangkaran Pulau Bulan Batam sekitar 500 ekor, tetapi jumlah yang lepas belum bisa dipastikan.

21 Januari 2025 | 13.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penampakan buaya yang lepas dari penangkaran Pulau Bulan, Kecamatan Bulang, Kota Batam. 18 Januari 2025. TEMPO/Yogi Eka Sahputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Batam - Insiden lepasnya buaya dari kadang penangkaran PT Perkasa Jagat Karunia (PJK) Pulau Bulan, Kota Batam, tidak hanya merugikan nelayan. Biaya yang lepas itu dikhawatirkan juga akan menganggu dunia pariwisata dan investasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala BP Batam Muhammad Rudi mengatakan, kekhawatiran masyarakat terhadap keberadaan buaya tersebut memberikan dampak besar terhadap sektor pariwisata mupun investasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Yang terpenting, ini mesti ada evaluasi, tujuannya agar dunia pariwisata tidak terganggu," ujar Rudi dalam siaran pers BP Batam, Senin, 20 Januari 2025.  

Namun, Rudi tetap meminta warga untuk tenang, karena tim terpadu yang terdiri dari TNI, Polri, nelayan, dan perusahaan sedang menangkap buaya yang masih lepas.

"Saya mengimbau agar masyarakat Batam tetap tenang. Tim akan terus bekerja dengan maksimal," Rudi melanjutkan.

Sampai saat berita ini ditulis, kata Rudi, tim terpadu melaporkan sudah 32 ekor buaya yang berhasil ditangkap. Buaya tersebut langsung dievakuasi ke lokasi penangkaran di Pulau Bulan. “Alhamdulillah, operasi gabungan dari tim terpadu dan masyarakat masih berlangsung. Jumlah buaya yang lepas dan berhasil ditangkap pun juga terus bertambah,” ujar Rudi.

Nelayan Minta Kompensasi

Sebeluamnya, nelayan di sekitar penangkaran buaya PT PJK Pulau Bulan tidak bisa melaut setelah insiden lepasnya buaya dari kolam penangkaran. Buaya tersebut diduga lepas karena tanggul kolam yang jebol akibat hujan deras yang terjadi di Batam selama tiga hari berturut-turut.

Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Nelayan di Pulau Buluh, Mohammad Sapet, mengatakan, diperkirakan satu hari nelayan melaut bisa mendapatkan penghasilan Rp200-300 ribu. Sekarang ini akibat kejadian buaya tersebut sudah satu pekan nelayan tidak berani melaut. 

"Makanya, kami meminta pemerintah mendengarkan, tolong juga dorong perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada kami, tidak usah uang, sembako untuk keluarga kami bertahan di rumah saja sudah cukup," kata Sapet kepada Tempo, Ahad malam, 19 Januari 2024.

Sapet mengatakan, masyarakat di pesisir sekitar Pulau Bulan sampai sekarang khawatir melaut. Apalagi total jumlah buaya yang lepas sampai sekarang belum bisa diungkap perusahaan atau BKSDA. "Kalau jumlah lepas ini sudah pasti, kami sama-sama bisa mengangkapnya, warga pun tidak cemas lagi," kata Sapet. Sapet juga meminta DPRD membawa hal ini ke Rapat Dengar Pendapat (RDP).

Kepala Satuan Kerja Wilayah II Batam BKSDA Riau Tommy Sinambela menjelaskan sampai saat ini pihaknya sedang menghitung jumlah buaya yang lepas. Total buaya di penangkaran Pulau Bulan sekitar 500 ekor. 

Buaya dipenangkaran ini, kata Tommy, akan diambil kulitnya untuk diekspor. "Tetapi tujuh tahun belakangan perusahaan tidak produksi, karena persaingan pasar," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus