Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Padang Panjang - Kota Padang Panjang di Sumatera Barat selama ini belum moncer dikenal sebagai destinasi wisata ketimbang tetangganya, seperti Bukitingi, Lembah Harau, dan Batusangkar. Padang Panjang memang lebih dikenal sebagai kota pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Padang Panjang kini mulai berbenah untuk menggarap potensi wisatanya. Salah satunya dengan memoles Kubu Gadang dan Sigando menjadi desa wisata. Kedua tempat tersebut berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Padang Panjang. Pelancong bisa menggunakan angkot atau ojek untuk mencapai desa ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: 7 Desa Wisata Top untuk Mengisi Liburan
“Kami merintis Kubu Gadang sebagai desa wisata selama empat tahun terakhir,” kata Yuliza Zen, pengelola desa wisata, di Kubu Gadang, Sabtu, 6 Mei 2018. Ia menyampaikan hal itu di sela-sela acara malam kesenian Temu Penyair Asia Tenggara, yang diadakan di Kota Serambi Mekah tersebut.
Sebagai desa wisata, Kubu Gadang menyiapkan 17 rumah warga yang berfungsi sebagai homestay. Kondisi rumah yang diinapi Tempo pada 3-6 Mei lalu cukup bersih dengan persediaan air yang melimpah. Ada 3 kamar—masing-masing untuk dua orang—di rumah yang berhadapan dengan hamparan sawah itu.
Yuliza mengatakan setiap rumah maksimal bisa diisi delapan orang. Tarif per rumah bervariasi sekitar Rp 600-900 ribu.
Hamparan sawah dan panorama tiga gunung yang mengelilingi Padang Panjang adalah salah satu bagian yang memikat dari dua desa ini. Ketiga gunung tersebut adalah Singgalang, Tandikek, dan Marapi. Bukit Tui yang menjulang di jantung kota ikut melengkapi lanskap di Kubu Gadang dan Sigando.
Salah satu atraksi tari tradisional di desa wisata Kubu Gadang, Padang Panjang, Sumatera Barat, 6 Mei 2018. Tempo/Tulus Wijanarko
Menurut Yuliza, tak hanya panorama alam, pengelola juga menyiapkan paket-paket menarik bagi wisatawan yang menginap di sana. Paket tersebut dibagi dalam tiga kategori: kuliner, atraksi, dan edukasi. Pada paket kuliner, misalnya, turis bisa mencoba makan baradaik, yakni makan dengan prosesi pesta khas di Minang. Pilihan lain adalah makan bajamba alias makan bersama.
Di paket atraksi antara lain ada silek lanyah, randai, dan tari tradisional lain. Silek lanyah adalah atraksi pertarungan silat yang dilakukan di lahan sawah berlumpur. Menyaksikannya pada malam hari di bawah cahaya bulan akan memberikan sensasi tak terlupakan.
Di paket edukasi, pelancong bisa belajar masak tradisional (marandang), membajak sawah, dan lain-lain.
Meski baru empat tahun berjalan, sebagian pelancong luar negeri sudah “mengendus” tempat ini. Wisatawan asal Malaysia, misalnya, sudah beberapa kali mampir ke sini. “Belum lama ini ada yang dari Jepang,” kata Fikri, pemuda setempat yang bertugas mendampingi turis.
Dari kedua desa wisata ini, menurut Yuliza, Kubu Gadang lebih dulu berkembang. “Sedang di Sigando baru disiapkan desain wisatanya,” ucapnya. Di sana ada 16 rumah yang disiapkan sebagai homestay.