Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMERINTAH Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menutup akses Plengkung Gading yang merupakan gerbang luar sisi selatan Keraton Yogyakarta pada Sabtu, 15 Maret 2025. Sebelumnya telah dilakukan uji rekayasa lalu lintas sistem satu arah untuk pembatasan akses di kawasan tersebut pada Senin, 10 Maret 2025. Tim Pemda menjelaskan bahwa hasil kajian menunjukkan kondisi Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembatasan akses ini mulanya akan berjalan hingga10 April 2025. "Plengkung Nirbaya mulai ditutup total Sabtu ini. Berdasarkan penilaian situasi pascapenerapan rekayasa arus yang menunjukkan perlu adanya konservasi menyeluruh untuk penyelamatan Plengkung Nirbaya," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, Sabtu 15 Maret 2025.
Tentang Plengkung Gading DIY
Bangunan Plengkung Gading peninggalan bersejarah dengan bentuk seperti gerbang yang melengkung. Kata plengkung berarti melengkung, dan gading berasal dari warna putih pintunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan ini termasuk gapura yang digunakan sebagai pintu masuk menuju jeron benteng Keraton Yogyakarta. Nama asli dari bangunan ini adalah Plengkung Nirbaya. Bangunan ini salah satu dari 5 plengkung yang menghubungkan dengan Keraton. Empat plengkung lainnya yakni Plengkung Tarunasura, Plengkung Masyasura, Plengkung Jaga Surya dan Plengkung Jagabaya.
Bangunan Plengkung Gading menjadi pintu keluar jenazah raja keraton atau sultan wafat untuk dibawa menuju makam di Imogiri, Kabupaten Bantul.
UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia melalui Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi, pada 18 September 2023. Berdasarkan dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39., Sumbu Filosofi Yogyakarta diterima menjadi Warisan Budaya Dunia dengan tajuk The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks.
Dikutip dari artikel jurnal Sakapari (2023), Elemen Path Pembentuk Citra kota pada Jalur Panggung Krapyak sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta, sumbu filosofi jalur Plengkung Gading dengan Panggung Krapyak berupa Jalan D.I. Panjaitan hingga Jalan KH. Ali Maksum. Plengkung Gading memberikan ciri khas yang menjadi ikon identitas kota Yogyakarta sejak perkembangan Kerajaan Mataram hingga memberikan dampak dalam berbagai sektor di kawasan Krapyak.
City of Philosophy: Evaluation of Tree Philosophy and Its Architecture in Yogyakarta Philosophical Axis Towards UNESCO World Heritage, menyatakan jalan setapak dari Panggung Krapyak sampai dengan Plengkung Gading dibuat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai simbol perjalanan manusia sejak lahir sampai remaja. Di tepi jalan yang membentang ke arah utara ditanam pohon asam (T. indica) dan pohon lontar (Mimusops elengi). Asam dalam bahasa Jawa berarti menggairahkan, indah, atau menarik. Adapun pohon lontar berarti dijunjung tinggi.
Pribadi Wicaksono turut berkontribusi pada penulisan artikel ini