Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Pemda Ungkap Alasan di Balik Rencana Penutupan Plengkung Gading Yogyakarta

Kondisi fisik dan beban di area Plengkung Gading menjadi dasar perlunya penataan ulang.

23 Januari 2025 | 20.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Plengkung Gading Yogyakarta. Dok. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wacana penataan dan penutupan kawasan Plengkung Gading, gerbang akses sisi selatan Beteng Keraton Yogyakarta, ramai di media sosial. Rencana itu dinilai akan berdampak pada aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan yang terhubung dengan Alun-alun Kidul atau selatan Keraton Yogyakarta itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merespons hal itu, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) angkat bicara. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Anna Rina Herbranti mengungkapkan, rencana penataan Plengkung Gading yang aslinya bernama Plengkung Nirbaya itu berawal dari temuan Dinas Kebudayaan DIY pada 2018 adanya deformasi atau perubahan bentuk akibat retakan di lengkung. Deformasi ini dipicu tekanan aktivitas dan tekanan lalu lintas yang padat di kawasan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kondisi retaknya Plengkung Gading diakibatkan tekanan lalu lintas di situ, yang berakibat cukup fatal bagi Plengkung Gading," kata Anna, Kamis, 23 Januari 2025.

Penutupan Sementara Akses Plengkung Gading

Kondisi itu lantas disikapi dengan rencana penataan dan disertai manajemen lalu lintas, salah satunya menutup sementara akses itu.

"Lalu lintas itu kalau bebannya padat sekali kan berdampak, apalagi melihat kondisi plengkung-nya beberapa ada yang retak. Ini sudah terjadi lama, jadi harus dijaga, terutama dari lalu lintas yang lewat,” kata dia.

Anna menyebut, harus ada uji coba terkait pengaturan lalu lintas di kawasan itu. Sebelum penutupan, pihaknya akan berkoordinasi dengan lurah dan kepolisian serta masyarakat. "Setelah itu, baru akan uji coba dan kemudian ditutup," kata dia. 

Meskipun ditutup, kata dia, ada jalur alternatif sisi timurnya. "Penataan ini perlu dilakukan untuk mengamankan cagar budaya itu,” ujar Anna.

Kondisi fisik dan beban di area Plengkung itu diklaim sebagai dasar perlunya penataan ulang karena jika dibiarkan berpotensi besar merusak konstruksi fisik Plengkung Gading.

Dari kajian tersebut, muncul wacana penataan Plengkung Gading yang mulai ramai jadi sorotan awal pekan ini. Pemda DIY menyebut penataan Plengkung Gading akan diikuti pula dengan penataan ulang para pedagang yang ada di kawasan tersebut. 

Penataan Pedagang Plengkung Gading 

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, penataan Plengkung Gading yang diikuti oleh penataan pedagang ini dilakukan untuk menjamin keberlangsungan usaha mereka. 

“Akan ditata, kan baru percobaan saja,  memungkinkan atau tidak,” ungkap Sultan.

Selain itu, sebagai bagian dari Sumbu Filosofi, kata Sultan, kawasan tersebut memang harus ditata ulang dan dikembalikan marwah serta fungsinya. 

Penataan ini merupakan bagian dari implementasi rekomendasi UNESCO setelah Sumbu Filosofi ditetapkan sebagai Warisan Dunia Takbenda. Area Sumbu Filosofi membentang dari Tugu Pal Putih hingga Panggung Krapyak di selatan, berbatas Kali Winongo. 

“Ya semua kan ada rekomendasi-rekomendasi dari UNESCO yang harus diurus. Kawasannya dari Tugu sampai selatan sana, kan ada rekomendasinya,” ujar Sultan.

Mengenai kapan penutupan, dan bagaimana mekanismenya, Sri Sultan mengaku belum tahu. Akan ada uji coba terlebih dahulu sebelum wacana tersebut dijalankan. “Belum. Dicoba saja belum,” kata dia. 

Kemacetan dan Petumbuhan Infrastruktur

Pemda DIY menilai kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta dihadapkan pada permasalahan kemacetan dan kurang terkendalinya pertumbuhan infrastruktur. Butuh manajemen transportasi dan tata ruang yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga keberlangsungan kawasan Sumbu Filosofi itu.

Persoalan lalu lintas yang ada di kawasan Sumbu Filosofi menunjukkan, pertumbuhan kendaraan pribadi sangat tinggi, mencapai 7 - 10 persen per tahun.  Salah satunya, berpengaruh pada menurunnya kualitas udara di kawasan Jeron Benteng atau dalam beteng Keraton Yogyakarta.

Adapun rekayasa lalu lintas dengan mengurangi kepadatan lalu lintas pada titik Plengkung Gading ini disiapkan dua rencana uji coba. Pertama uji coba Sistem Satu Arah  (SSA) yang merujuk uji pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas dengan mengatur arus lalu lintas menjadi sistem satu arah dari utara ke selatan. 

Kedua, uji coba penutupan, berupa uji pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas dengan cara menutup akses Plengkung Gading secara total. 

Penghageng Kawedanan Hageng Datu Dana Suyasa Kraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi mengatakan, uji coba penutupan Plengkung Gading belum bisa dipastikan kapan akan dimulai. Pihaknya masih menunggu hasil koordinasi lebih lanjut denganDinas PUESDM DIY. 

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Koresponden Tempo di Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus