Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Light to Night Festival kembali digelar di Singapura pada 19-28 Januari 2018. Tampaknya festival ini akan melukis Distrik Civic Singapura dengan rangkaian warna yang mempesona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Institusi dan taman budaya yang menjadi ikon daerah ini bakal menjadi kanvas kreatif yang dihiasi dengan karya seni yang spektakuler.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Galeri Nasional Singapura menjadi pelopor acara ini bersama dengan empat mitranya yaitu The Art House, Victoria Theatre and Victoria Concert Hall, Asian Civilisations Museum, dan Th Esplanade.
Baca juga: 5 Hal Ini Hanya Ada di Singapura
Bertema Sensasi Warna, festival ini akan membawa pengunjung ke perjalanan multi-sensorial yang menawan. Pengunjung dapat melihat aktivitas seni yang semarak para seniman dari Singapura dan sekitarnya, termasuk proyeksi cahaya interaktif, permainan ilusi dengan cermin, dan karya indoor partisipatif.
Acara ini menjadi festival seni visual, sastra, dan pertunjukan seluas-luasnya di Singapura.
Direktur Light to Night Festival 2018, Suenne Megan Tan, mengatakan Distrik Civic adalah rumah bagi institusi budaya utama di Singapura dan sebagai pusat seni dan budaya di jantung kota. Festival ini bertujuan memperluas pengalaman di luar dinding monumen abadi ini dan masuk ke ruang publik dan menikmati seni di sekitar mereka.
"Kami percaya bahwa dengan membuat seni mudah diakses, kami dapat mendorong lebih banyak pertemuan seni publik di sekitar kawasan ini, secara bertahap meningkatkan apresiasi mereka terhadap seni, dan seiring berjalannya waktu menumbuhkan komunitas pecinta seni yang lebih besar," kata dia.
Tan mengatakan Distrik Civic akan berubah menjadi keajaiban nokturnal saat matahari terbenam. Untuk pertama kalinya, Balai Kota Singapura akan menjadi kanvas interaktif bagi khalayak untuk menciptakan karya seni publik.
Kesenian ini berjudul Chromascope, pengunjung diundang untuk berpartisipasi dengan memproyeksikan visual berwarna ke dinding Galeri.
Cahaya berwarna-warni juga akan menghiasi bekas gedung Mahkamah Agung, The Arts House, Victoria Theatre dan Victoria Concert Hall, serta Asian Civilisations Museum. Art Skins on Monuments, proyeksi cahaya berwarna itu dihiasi oleh 30 perupa, ilustrator dan desainer multimedia yang berbasis di Singapura. Termasuk seniman baru Brandon Tay, seniman visual Speak Cryptic, seniman ilustrator Aeropalmics, dan seniman kontemporer Samantha Lo, yang akan menghiasi setiap monumen.
Di Perahu Permaisuri, sebuah petualangan multi-sensori menanti sebagai House of Mirrors oleh seniman Melbourne Christian Wagstaff dan Keith Courtney yang memulai debutnya di Asia. Anda juga dapat merasakan pengalaman mendebarkan di labirin cermin yang tak berujung dan membawa seseorang dalam perjalanan melalui ribuan ilusi optik dan refleksi yang membingungkan.
Pengunjung juga akan melihat terowongan Esplanade Park menyala. Festival ini menghadirkan Trip to the Colourscape, sebuah tampilan warna cerah yang bertujuan untuk merangsang kesadaran seseorang terhadap lingkungan melalui interaksi cahaya dan bayangan berwarna. Pengalaman ini akan disempurnakan dengan pertunjukan musik di Esplanade Park oleh band-band lokal seperti Cosmic Child dan Sang Mataharitidur Mati.
Selain itu, mahasiswa dari fakultas Arsitektur Universitas Nasional Singapura akan mempresentasikan instalasi spesifik situs baru, Art Incubator: Tropical Primitive Hut, yang akan mengambil panggung di ACM Green.
Penafsiran terhadap pondok primitif ini mengeksplorasi hubungan alami antara manusia, arsitektur, dan lingkungan yang mungkin sering diabaikan selama pembangunan kota cepat di Singapura - menambahkan perspektif yang berbeda terhadap pengalaman pengunjung di Civic District.