Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Imperium Roma kejayaannya abadi, itulah yang terbetik saat menjejakkan pertama kali di kota Roma di jantung Italia dan memandang Colosseum dan Air Mancur Trevi. Roma adalah kota metropolis pada masa lalu, sekaligus menakjubkan dan misterius. Mengutip Atlas Obscura, imperium yang sangat luas itu, menjadikan ibu kota Kekaisaran Roma sebagai tempat bertemunya beragam budaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hari 1: Selamat Datang di Roma
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat beranjak meninggalkan hotel dan berjalan kaki menelusuri Roma, tatapan mata dimanja dengan tiga era: Roma, Renaisans, dan periode Barok. Roma juga memiliki sejarah okultisme di sekitar pondok-pondok Freemason modern.
Hari 2: Rahasia-Rahasia di Vatikan
Hari kedua, penjelajahan dengan jalan kaki dimulai dari Lapangan Santo Petrus, di mana wisatawan belajar tentang simbol-simbol yang tersembunyi di seluruh kompleks monumental, sebelum sampai di dalam Vatikan. Tur kemudian berlanjut ke Castel Sant'Angelo yang menjulang tinggi, makam kaisar Romawi kuno Hadrian. Di makam para kaisar itu, wisatawan bisa menjelajahi koridor tersembunyi, ruang bawah tanah yang gelap, dan kamar mandi berornamen dari Paus Clement VII.
Hari 3: Barok dan Esoterik
Selanjutnya, wisatawan bisa mengunjungi beberapa bangunan yang didirikan kepausan Roma pada abad ke-17. Juga bangunan-bangunan karya okultis Athanasius Kircher, menelusuri kembali langkah-langkahnya dan menjelajahi gereja Yesuit Sant'Ignazio dan kampus Collegio Romano. Di area kampus itu terdapat Biblioteca Casanatense yang megah, sebuah perpustakaan yang berisi lebih dari 400.000 buku dan manuskrip.
Pada sore harinya, wisatawan bisa mengunjungi Piazza Navona, sebuah alun-alun yang dibangun di atas situs stadion Romawi kuno, menampilkan air mancur obelisk yang menakjubkan. Alun-alun yang dirancang oleh pematung Gian Lorenzo Bernini, memiliki pengaruh Mesir yang kuat. Pertemuan budaya Mesir dan Roma itu, menciptakan struktur yang unik di tengah-tengah arsitektur Eropa.
Selanjutnya, wisatawan bisa mengarahkan kaki ke museum berbentuk galeri, Galeri Mirabilia di Giano Del Bufalo, sebuah ruang kontemporer untuk barang-barang antik, yang dipenuhi dengan harta karun yang langka.
Alun-alun Piazza Navona memiliki tiang obelisk yang dipengaruhi oleh arsitektur Mesir. Foto: @luca.rgg
Hari 4: Pekuburan dan Supranatural
Roma juga dikenal dengan pemakaman yang berarsitektur unik dan kisah-kisah supranatural. Dimulai dengan menjelajahi Ghetto di Roma — ghetto bersejarah mengenai orang-orang Yahudi, yang didirikan pada pertengahan tahun 1500-an.
Di gedung itu, banyak kisah mengenai hantu, termasuk cerita mengenai Beatrice Cenci, seorang wanita bangsawan yang membunuh ayahnya dan melemparkannya dari balkon. Selanjutnya, wisatawan menuju ke Isola Tiberina, sebuah pulau di sungai Tiber yang pernah menjadi rumah bagi Kuil Asclepius, dewa pengobatan Yunani.
Rumah sakit Fatebenefratelli di pulau itu melindungi orang-orang Yahudi selama Holocaust dengan mendiagnosis mereka dengan penyakit buatan yang membuat para penyelidik Nazi menjauh. Kira-kira pada tengah hari, dilanjutkan ke sebuah apotek bersejarah di biara Santa Maria della Scala, yang selama berabad-abad membagikan obat dan penangkal racun.
Hari 5: Bukit Suci
Pada hari kelima, langkah wisatawan ditujukan ke Bukit Aventine, yang merupakan rumah bagi berbagai kuil untuk Juno dan Minerva, yang dikelola oleh ordo Ksatria Templar dan Ksatria Malta. Dari bukit itu, lanskap kota Vatikan terlihat jelas. Kemudian, dilanjutkan ke Santa Maria del Priorato, sebuah gereja yang dirancang oleh seniman Giovanni Battista Piranesi.
Untuk makan siang, wisatawan bisa mendatangi Apuleius, sebuah restoran yang didekorasi dengan gaya Kekaisaran Romawi, di lingkungan yang dikenal sebagai "Beverly Hills-nya" Roma. Setelah makan siang, perjalanan berlanjut ke Circus Maximus, stadion kuno yang terkenal dengan balapan kereta, sejarah, dan ritual untuk dewa Mithras.
Hari 6: Rumah Mewah Berlapis Emas dan Masquerade
Pada hari terakhir, wisatawan diajak menjelajahi Domus Aurea, rumah kekaisaran yang dibangun oleh kaisar Nero. Istana yang belum selesai itu, memiliki kamar-kamar bertatahkan permata, gading, marmer, daun emas, dan fresco – yang digali oleh para arkeolog dengan hati-hati. Selanjutnya penjelajahan di hari terakhir itu, digunakan untuk mengunjungi Colosseum, Forum Roman, atau Bukit Palatine.
Coleseum, arena gladiator yang ikonik. Foto: @rennuse
Sebagai penutup rangkaian wisata di Roma, wisatawan bisa menyaksikan konser masquerade dari abad ke-18 oleh Marquis Corso Patrizi Montoro di kediaman keluarganya yang elegan, Palazzo Patrizi Montoro. Untuk mengakhiri malam di Roma, tutuplah dengan segelas anggur di Hostaria dell'Orso, di sebuah restoran elegan di dalam palazzo abad ke-15, tempat wisatawan bersulang menutup petualangannya di Roma.