Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Balikpapan - Wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan akan disambut suasana dayak. Seperti yang terlihat di Bandara Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, Kalimantan Timur. Berbagai ornamen dayak terpampang di ruang pintu kedatangan bandara, seperti rumah adat dan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dari dalam ruang pengambilan bagasi bandara, juga terdengar alunan musik khas dayak. Semakin keluar, semakin jelas terdengar. Tidak salah lagi. Seorang penari berpakaian adat dayak beratraksi di pintu keluar kedatangan penumpang bandara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Beberapa penumpang tampak terkesima. Mereka berhenti sambil menenteng membawa koper atau tas perjalanannya. Tidak jarang mereka mengabadikan momen penari saat beraksi.
Melestarikan Budaya Dayak
Penari itu bernama Agustinus. Ia rutin menari di kawasan bandara. Tidak jarang ada penumpang yang sengaja disambut spesial oleh Agustinus, atas permintaan keluarga mereka yang hendak menjemput.
Agustinus berpakaian masyarakat adat di Bandara Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu 17 April 2025. TEMPO Yogi Eka Sahputra
Dengan menggunakan pakaian adat dayak, Agustinus tidak hanya meliuk ke kiri dan kanan sambil mengikuti alunan musik. Dia juga mengeluarkan mandau, senjata khas suku Dayak, dan menggigitnya. Sesekali saat menari, ia melempar pisau itu ke atas dan menangkapnya kembali. Penampilannya sontak membuat penumpang bertepuk tangan.
Selain menggunakan pakaian adat, Agus juga membawa atribut daya seperti temeng atau perisai dari kayu (talawang), anjat (tas khas suku dayak), hingga matau (parang suku dayak).
Penari Dayak Menyatukan Suku
Disela-sela penampilannya Agustinus mengatakan pakaian adat yang dipakainya tidak hanya sebagai pakaian biasa. Ada simbol kain berwarna, yang disatukan dan diikat di pinggang Agustinus. Itu menunjukan suku dayak jangan sampai terpecah belah. "Ini tanda, tarian ini menyatukan semua suku dayak," kata Agustinus kepada Tempo, Rabu 17 April 2025, sambil menunjukan satu per satu kain yang dililit dipinggangnya tersebut.
Stand informasi untuk wisatawan di Bandara Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu 17 April 2025. TEMPO Yogi Eka Sahputra
Selain itu, tarian ini juga dijadikan Agus sebagai ajang melestarikan budaya dayak. "Saya disini dalam seminggu itu tampil empat kali, dari pukul 12 siang sampai pukul 15 sore," kata Agus yang memiliki tato terong bunga di bahu.
Dia menambahkan bunga terong itu menandakan dayak sejati. "Tetaplah jadi dayak yang baik kepada orang lain," katanya.
Beberapa wisatawan juga mengajak Agustinus foto bersama dan kemudian memberikan donasi dalam kotak kecil yang disediakan. Di kawasan bandara juga terdapat stand khusus informasi pariwisata Balikpapan. Jadi wisatawan bisa mencari informasi seputar tempat wisata di kota berjulukan, "Kota Beriman".