Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Serasa di Paris, Ngabuburit di Monumen Simpang Lima Gumul, Kediri

Tak hanya menjadi ikon Kabupaten Kediri, monumen Simpang Lima Gumul juga menjadi tempat asyik untuk ngabuburit di bulan Ramadhan

29 Mei 2018 | 19.42 WIB

Warga menunggu waktu berbuka puasa di monumen Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri, Jawa Timur, 20 Mei 2018. Monumen ikon Kediri tersebut selama Ramadan ramai dikunjungi warga yang hendak menunggu waktu berbuka puasa. ANTARA
material-symbols:fullscreenPerbesar
Warga menunggu waktu berbuka puasa di monumen Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri, Jawa Timur, 20 Mei 2018. Monumen ikon Kediri tersebut selama Ramadan ramai dikunjungi warga yang hendak menunggu waktu berbuka puasa. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya menjadi ikon Kabupaten Kediri, monumen Simpang Lima Gumul juga menjadi tempat asyik untuk ngabuburit di bulan Ramadan. Sambil menunggu waktu berbuka, umat Muslim banyak yang bermain, berfoto, atau berselancar di dunia maya dengan wifi gratis, di tempat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Monumen yang diklaim oleh Pemerintah Kabupaten Kediri sebagai replika monumen Arc de Triomphe Paris, Perancis ini cukup tersohor. Tak hanya bagi warga Kediri, monumen yang berdiri di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem ini juga menjadi destinasi utama wisatawan luar kota.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kemegahan bangunan dengan dilengkapi ruang pertemuan serta lorong bawah tanah menjadi keunggulan monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Menduplikasi arstitektur monumen nasional Ancol, para pengunjung bisa menyebrangi jalanan lebar yang mengelilingi SLG dari bawah tanah. “Dari lokasi parkir kendaraan, kita berjalan ke lorong bawah jalan menuju monumen SLG,” kata Dian, salah satu pengunjung SLG, Minggu 27 Mei 2018.

Selama bulan puasa, ritme kunjungan di lokasi ini sedikit berbeda. Jika biasanya monumen ini ramai di pagi hari saat hari libur, kini beralih ke sore hari. Mereka sebagian besar adalah umat Muslim yang mengajak keluarga dan teman menunggu waktu berbuka di SLG.

Petualangan di SLG diawali dari tempat parkir. Ada dua lokasi parkir yang disediakan di lokasi ini, masing-masing berada di kanan kiri monumen. Jarak lokasi parkir dengan monumen cukup jauh dan dipisahkan oleh jalur utama lalu-lintas.Sejumlah wisatawan memadati area monumen Simpang Lima Gumul (SLG), Kediri, Jawa Timur, 25 Desember 2016. Destinasi wisata andalan Kediri tersebut ramai dikunjungi oleh wisatawan dari sejumlah daerah. ANTARA/Prasetia Fauzani

Lima jalur utama yang bertemu di bundaran monumen SLG ini cukup ramai karena menjadi pertemuan jalur antar kota. Sehingga kendaraan dari arah manapun yang hendak menuju kantor Bupati Kediri harus melintasi bundaran ini. Itulah sebabnya tak mungkin menuju monumen SLG dengan menyeberangi jalan yang sangat ramai dan cepat itu.

Pengunjung yang ingin menjangkau monumen SLG harus melintasi lorong bawah tanah di setiap lokasi parkir. Lorong ini cukup lega dengan pembatas di tengah sebagai jalur keberangkatan dan kepulangan. Di setiap dinding terdapat foto-foto tentang sejarah Kabupaten Kediri, plus peristiwa letusan Gunung Kelud yang fenomenal.

Usai menempuh perjalanan bawah tanah selama kurang lebih lima menit, sebuah anak tangga ke atas mengantarkan pada halaman monumen SLG. Ini yang kadang membuat pengunjung terkejut karena tiba-tiba sudah berada di seberang jalan.

Sejak awal puasa hingga sekarang, kawasan monumen ini cukup ramai di sore hari. Pengunjung yang rata-rata keluarga tak perlu khawatir melepaskan anak-anak mereka berlarian di halaman rumput yang rapi. Mereka juga mengabadikan diri berlatar monumen sebagai kenang-kenangan di ikon Kediri. “Boleh bawa sepeda kecil untuk anak-anak,” tambah Dian.

Di sudut lain rombongan remaja sibuk berselancar dengan komputer jinjing dan gadget. Pemerintah Kabupaten Kediri menyediakan fasilitas hot spot dengan koneksi cukup kuat. Namun sayang koneksi tersebut kerap tak berfungsi normal.

Jika matahari mulai tenggelam dan mendekati waktu berbuka, pengunjung tak langsung pulang. Tepat di depan area parkir, terdapat pasar rakyat yang beroperasi mulai petang hingga malam. Pedagang kaki lima ini diberi lokasi jalur khusus untuk menjajakan makanan, minuman, hingga mainan anak-anak.

“Kami berusaha menata PKL ini agar tetap tertib dan tak mengganggu pengunjung,” kata salah seorang petugas Satpol PP yang berjaga di sana.

HARI TRI WASONO (Kediri)

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus