Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Studio musik tertua di Indonesia, Lokananta, yang berada di Kota Solo, segera direvitalisasi. Perombakan besar sekaligus pengembangan terhadap studio rekaman legendaris milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia atau PNRI itu dipimpin sekaligus didanai oleh Group Danareksa-PT Perusahaan Pengelola Aset atau PPA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ke depan, Studio Lokananta tersebut ditarget dapat menjadi destinasi wisata baru di Jawa Tengah, khususnya Kota Solo. Bekas perusahaan yang juga pernah memproduksi piringan hitam itu nantinya ditampilkan dalam wujud lebih modern dan menghilangkan kesan mistis yang menyelimutinya selama ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana revitalisasi Studio Lokananta dipaparkan Direktur Utama PT PPA, Yadi Jaya Ruchandi, di hadapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat berkunjung ke Solo, Kamis, 14 Juli 2022. Dalam kesempatan itu, Gubernur didampingi Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Yadi menjadwalkan proyek revitalisasi dimulai bulan depan dan ditarget bisa rampung akhir tahun. Rancang bangun dalam proyek tersebut dibuat oleh Tim Andramatin dan PP Urban.
Studio Lokananta juga akan dikembangkan dengan mendasarkan pada lima pilar pengembangan yaitu studio musik dan amphitheatre, museum dan arsip, merchandise dan manajemen, serta galeri UMKM dan kuliner. Konsep pengembangan Lokananta sebagai creative and commercial hub berbasis musik.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat berkunjung ke Studio Musik Lokananta, Kamis, 14 Juli 2022. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Revitalisasi akan memaksimalkan setiap ruang dan lahan yang ada di Studio Lokananta yang berdiri di lahan seluas sekitar 21.150 meter persegi itu. Termasuk disiapkan ruang untuk UMKM dan kuliner lokal seperti angkringan dengan hiburan musik. Lokananta sendiri telah tercatat sebagai situs cagar budaya dan telah menjadi saksi sejarah perkembangan musik di Indonesia.
Ganjar Pranowo mengungkapkan antusiasmenya terhadap akan dilakukannya revitalisasi terhadap Studio Lokananta tersebut. Ganjar berharap Lokananta Reborn jadi titik balik bergeliatnya industri musik dan menjadi destinasi wisata. Bahkan, Ganjar justru berharap unsur mistis yang menyelimuti Lokananta selama ini, bisa dikemas sedemikian rupa menjadi daya tarik tersendiri. Sebagai contoh, ada cerita tentang suara gamelan di studio yang konon sering berbunyi sendiri.
“Cerita tentang gamelan yang jadi cerita mistis itu juga bisa dijadikan daya tarik sendiri lho. Mungkin bisa nanti disiapkan satu ruangan dan momen kalau ada pengunjung yang ingin melihat gamelan bunyi sendiri. Tapi sebenarnya kita yang bunyiin pakai musik,” kata Ganjar.
Ganjar juga mendorong Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, untuk membantu menghidupkan creative hub yang berbasis seni. Ganjar membayangkan Lokananta Reborn tak hanya sebagai museum dan studio musik, sekaligus bisa menjadi school of music atau sekolah musik. “Jadi, kalau ada orang konser ya dia suruh nyumbang lah pengalamannya, apakah bukunya, apakah rekamannya, dan orang bisa belajar sejarah musik dari sini lebih banyak,” katanya.
Gibran Rakabuming Raka menyampaikan rencana revitalisasi sudah lama dibahas. Inisiasi ini mendapat sambutan baik dari Kementerian BUMN yang akan memberi support penuh proses revitalisasi. “Ini akan kita kawal dari awal. Dari Pak Gubernur juga ada banyak masukan bagus tadi, terutama yang tentang sekolah musik,” kata Gibran.
SEPTHIA RYANTHIE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.