Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Suriah Mengembalikan Keagungan Masjid Agung Aleppo

Dinasti Bani Umayyah juga membangun Masjid Agung Aleppo yang bersejarah. Namun masjid itu nyaris hancur karena perang saudara.

12 Desember 2019 | 13.35 WIB

Masjid Umayyah Aleppo. scenery.nihaowang.com
material-symbols:fullscreenPerbesar
Masjid Umayyah Aleppo. scenery.nihaowang.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -  Keagungan Great Mosque of Aleppo tak terbantahkan. Bangunan yang berdiri sejak abad pertengahan itu, pada April 2013, mengalami kondisi yang memprihantinkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menukil Atlas Obscura, pada hari musim semi yang cerah, tiba-tiba menara masjid roboh dan 2.000 batu penyusunnya berserakan. Dentumannya melintasi Old Quarter, bahkan mengalahkan suara tembakan artileri dan rentetan suara tembakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Great Mosque of Aleppo atau Masjid Agung Aleppo telah berdiri sejak abad ke-12 sebagai simbol kota. Jauh sebelum menjadi masjid agung, sudah ada bangunan masjid yang yang bahkan lebih tua dari Kekhalifahan Umayyah. Masjid Agung Aleppo telah selamat dari berbagai bencana seperti perang, kebakaran, dan gempa bumi.

Sepanjang satu milenium, masjid itu tak pernah absen mengumandangkan azan lima kali sehari – meski perang saudara berkecamuk. UNESCO meminta semua pihak yang bertikai agar tak menghancurkan masjid yang berhalaman tanah lapang 1 hektare itu.

Reruntuhan bangunan mengelilingi kompleks Masjid Umayyad di Aleppo, Suriah, 13 Desember 2016. Masjid ini menjadi salah satu masjid tertua di dunia. REUTERS/Omar Sanadiki

Nah, sampai di situ dua pihak yang bertempur saling tuding. Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad mengklaim bahwa pejuang dari kelompok Jabhat al-Nusra, yang terkait dengan al-Qaeda, telah meledakkan bahan peledak di dalam menara. Sementara Jabhat al-Nusra mengklaim, tentara Suriah menembak menara itu dengan tank.

Saat ini, 2.000-an batu dari menara masjid berserakan menutupi pelataran, yang berhias hamparan paving geometris hitam, putih, dan kuning yang luas. Hilangnya menara adalah pukulan bagi warisan UNESCO — dan hanya berselang dua tahun sebelumnya, kuil-kuil Palmyra dirusak dan dijarah ISIS.  Namun di tengah-tengah semua puing-puing, sekelompok warga Suriah berusaha mengembalikan Masjid Agung.

Seorang insinyur sipil bernama Tamim Kasmo, 73, telah bergabung dengan tim arsitek dan insinyur, tukang batu dan pekerja kayu yang ingin membangun kembali Masjid. Dengan setia, mereka merekonstruksi karya arsitektur itu. Kasmo terpanggil, karena sejak muda ia adalah tim arsitek yang membantu merestorasi Masjid Agung.

Masjid Aleppo pada 2009 sebelum pecah perang sipil. Masjid ini bukan sekadar tempat badah, namun ruang bagi seluruh warga Aleppo untuk bermasyarakat. Foto: Jon Arnold Images/Alamy

"Seorang ahli mungkin menemukan perbedaan antara yang lama dan yang baru, tetapi masyarakat umum tidak boleh," kata Kasmo, saat dia berjalan di antara reruntuhan.

Tim Kasmo harus mengmbalikan menara dan memperbaiki kolom yang patah, langit-langit hangus, dan bekas-bekas peluru pada dinding serta arcade yang mengelilingi halaman. Selama tur situs, Kasmo mengatakan bahwa teknik dan bahan konstruksi akan disesuaikan dengan aslinya jika memungkinkan. "Kami harus menghormati apa yang dilakukan selama berabad-abad," katanya.

Pada 2011, sebelum negara itu jatuh ke dalam kekacauan dan perang, Aleppo adalah kota terbesar Suriah, dengan hampir lima juta penduduk. Saat ini, populasinya diperkirakan kurang dari setengahnya. Tentara Suriah merebut kembali kota itu pada Desember 2016, dan pada tahun-tahun berikutnya, lebih dari setengah juta pengungsi telah kembali ke Aleppo.

Kembali ke kampung halaman pascaperang memang tak mulus. Mereka dibebani oleh kekurangan makanan, obat-obatan, listrik, dan bensin, dan banyak orang Aleppo masih bergantung pada bantuan PBB.

Dengan rencana rekonstruksi di bawah ancaman kekurangan dana, peralatan, dan tenaga kerja terampil, hanya beberapa proyek yang terselesaikan. Masjid Agung Aleppo adalah proyek yang mendesak diselesaikan. Pasalnya nilai kesejarahan masjid yang disebut juga Masjid Agung Umayyah itu, sangatlah tinggi. Masjid itu menyimpan jasad Nabi Zakaria, ayah Nabi Yahya – selain menjadi simbol Islam era Dinasti Umayyah.

Arsitek Sakher Oulabi (kiri) dan Insinyur Tamim Kasmo di halaman Masjid Agung Aleppo. Alex Ray/Atlas Obscura

Direktur proyek dan arsiteknya, Sakher Oulabi, menyebutnya sebagai "proyek restorasi warisan budaya nomor satu" nasional. Ia mengatakan setiap anggota timnya merasakan tanggung jawab yang berat. "Kami semua mengerti bahwa kami melakukan sesuatu yang sangat penting bagi jiwa, kota, dan negara."

Proyek ini didanai oleh yayasan amal yang terkait dengan keluarga Ramzan Kadyrov, penguasa kuat republik Chechnya. Rekonstruksi masjid diawasi oleh Direktorat Jenderal Purbakala dan Museum Suriah, yang disponsori oleh pemerintah Assad.

Pembangunan kembali masjid akan menjadi kontribusi besar bagi regenerasi masyarakat Suriah, kata sejarawan Ross Burns, mantan duta besar Australia untuk Suriah dan penulis Aleppo, A History. "Masjid Agung adalah simbol Aleppo yang sangat penting dan merupakan kebanggaan bagi semua warga Suriah," kata Burns.

Dia mengatakan pemulihan monumen Suriah yang signifikan akan menciptakan pekerjaan lokal, mempromosikan keterampilan yang dibutuhkan untuk rekonstruksi pasca-perang, mendorong kembalinya para pengungsi, dan pada akhirnya meningkatkan industri pariwisata.

Pada 1990-an, kata Burns, Museum Nasional Lebanon "dihidupkan kembali dengan luar biasa" di Beirut, sebagai bagian dari upaya untuk melewati perang saudara negara itu sendiri. "Generasi masa depan Suriah layak untuk mengetahui betapa indahnya masa lalu yang disajikan negara mereka kepada dunia," katanya.

Bagian dalam Masjid Agung Aleppo yang rusak terkena mortir dan bom. Tempo/PRAMONO

Tim pembangunan memang harus bekerja keras. Bahkan Oulabi dan timnya telah menggali ruang bawah tanah Masjid Aleppo, untuk mempelajari bagaimana bangunan itu pertama kali didirikan, antara 1089 dan 1094. Masjid itu dibangun dari blok batu kapur, dihubungkan oleh klem besi dan timah cair. Ini menjaga menara lima lantai tetap utuh hingga 2013.

Aleppo di Masa Lalu

Kawasan Tua Aleppo dulu terkenal karena labirin, masjid, gereja, pemandian umum, dan penginapan dalam radius 13 kilometer. Sebagian besar pasardi Aleppo berasal dari abad ke-14, dan diberi nama sesuai dengan kerajinan dan produk yang mereka pelihara: souk wol, souk tembaga, souk kulit, dan sebagainya.

UNESCO memperkirakan bahwa konflik tersebut menghancurkan sekitar 10 persen dari 500 bangunan bersejarah dan menyebabkan kerusakan sedang hingga parah pada lebih dari setengahnya. Satu bagian dari pasar, Souk al-Saqatiya, baru-baru ini dipulihkan dan dibuka kembali.

Suasana gelaran konser musik klasik di tengah suasana perang di Gereja Katedral Maronite di Kota Tua Aleppo, Suriah, 11 Juli 2017. REUTERS/Omar Sanadiki

Bagi penduduk Old Quarter, Masjid Agung memiliki arti penting di luar agama dan status arsitekturalnya: Masjid itu penting untuk kehidupan sosial kota. Gerbang aula terbuka langsung ke pasar, jelas Kasmo. "Orang-orang akan berbelanja, kemudian berjalan ke masjid untuk berdoa, beristirahat, dan berbicara dengan tetangga mereka sementara anak-anak mereka bermain di halaman."

Pada masa perang, pada akhirnya manusia sangat menghargai perdamaian. Sebagaimana mereka yang sakit menghargai kesehatan. Dan Suriah tak pernah takluk di Aleppo.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus