Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Cirebon - Taman Air Gua Sunyaragi (TAGS) merupakan salah satu lokasi wisata di Cirebon. Bangunan yang unik, suasana hijau pepohonan yang teduh, ditambah harga tiket masuk yang terjangkau membuat lokasi wisata ini ramai dikunjungi wisatawan terutama di akhir pekan maupun hari libur lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dibangun pada abad ke-16 oleh Panembahan Pakungwati I, Gua Sunyaragi dulunya berfungsi sebagai tempat beristirahatnya keluarga kerajaan. Disebut taman air, karena dulunya bangunan utama yang dibangun dari batu-batu cadas serta batu karang tersebut berada di tengah-tengah danau. Pengunjung perlu perahu untuk menuju ke sana. Karena itu, tak jauh dari gua itu, ada nama daerah Kandang Perahu. Dulu daerah itu merupakan tempat perahu dikandangkan atau ditambatkan sebelum menuju ke gua.
Sejarah Gua
Thamrin, salah satu pengurus Badan Pengelola Taman Air Gua Sunyaragi (BPTAGS), mengatakan bahwa dulunya Gua Sunyaragi bernama Segaran Jati yang artinya danau atau situs air yang dikelilingi oleh pohon jati. Situs Gua Sunyaragi berada di tengah-tengah danau. Namun, nama itu diubah sesuai dengan fungsinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sunyaragi berasal dari kata Sunya yang artinya sunyi dan ragi yang artinya raga,” kata Thamrin, Ahad, 10 November 2024.
Ini berarti Goa Sunyaragi dikenal sebagai tempat orang menyepi, mengolah jiwa dan raga dan bertafakur.
Bangunan utama Taman Air Gua Sunyaragi disusun sedemikian rupa dari batu cadas dan batu karang sehingga membentuk ruangan menyerupai gua. Gua ini dilengkap dengan ceruk-ceruk yang mengelilingi bukit serta sejumlah bentuk lainnya seperti patung gajah yang tengah terbaring beristirahat, garuda air mancur dan lainnya.
Sejumlah ruangan yang dulunya digunakan untuk menyepi dan tafakur dilengkapi dengan tirai air dan aliran air yang dibuat mirip sungai yang mengalir. Tirai air dan aliran sungai ini berfungsi sebagai pendingin alami. Uniknya, air tersebut dialirkan terlebih dahulu ke atas sebelum diturunkan membentuk tirai air dan air yang mengali, mirip taman. Tidak heran jika Gua Sunyaragi dulu dikenal sebagai taman air. Sistem aliran ini bisa dilihat dari ditemukannya pipa terbuat dari timah saat dilakukan konservasi pertama kali pada 1982. Namun hingga kini belum diketahui tenaga apa yang digunakan untuk menaikkan air tersebut ke atas.
Dilarang Sombong di Gua Sunyaragi
Untuk memasuki ruang-ruang yang ada di bangunan Gua Sunyaragi, wisatawan akan melewati lorong-lorong kecil. Setiap orang yang melewatinya harus menunduk. Lorong itu pun hanya bisa dilalui oleh satu orang. Ini sebenarnya cukup mengherankan karena fisik orang zaman dulu sebenarnya tinggi-tinggi.
“Semua itu ada artinya,” kata Thamrin. Ia melanjutkan, ini berarti setiap orang tidak boleh menyombongkan diri yang biasanya ditunjukkan dengan menaikkan dagu dan kepalanya. Hanya Yang Maha Kuasa yang berhak untuk sombong.
Selain taman air, tempat wisata seluas 1,5 hektare tersebut juga memiliki panggung pertunjukan. Panggung yang letaknya dekat dengan pintu masuk ini dilengkapi dengan tribun penonton. Di panggung budaya ini, berbagai pertunjukan digelar. Panggung budaya ini baru dibangun 1980 an oleh mantan Menteri Kehakiman, Ismail Saleh.