Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas menukarkan uang rupiah ke mata uang asing secara tunai saat melancong ke luar negeri telah mulai dihindari oleh sejumlah traveler. Hal itu diungkapkan Febrian, travel influencer, yang mengaku mulai meninggalkan sistem tersebut sejak 2 tahun lalu.
"Saya lebih sering tarik tunai di ATM setelah mendarat di suatu negara karena merasa lebih menguntungkan dan aman," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Minggu malam, 26 Agustus 2018.
Dalam hitungannya, bila menukarkan uang menggunakan jasa money changer, ia akan lebih rugi karena menjadi tak terkontrol saat berbelanja. "Saya akan menukarkan rupiah dalam jumlah banyak dan belanja terus," katanya. Sedangkan bila tarik uang di ATM, ia bisa membatasi jumlah jajan dari cuan yang ia ambil tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ilustrasi money changer. TEMPO/Imam Sukamto
Tarik tunai di ATM akan kena biaya tambahan untuk penarikan. Tiap-tiap bank berbeda nominalnya. Namun rata-rata sekali penarikan Rp 20-75 ribu. Adapun ATM yang bisa digunakan ialah yang memiliki logo tertentu, seperti VISA, Mastercard, Prima, Plus, atau Cirrus.
Ia pun tak bergairah menarik duit dalam jumlah besar saat melancong ke luar negeri. Uang tunai yang ia bawa dalam dompet selama perjalanan bila dikonversi senilai Rp 500 ribu sampai maksimal Rp 1 juta. "Uang tunai paling dipakai untuk membayar toilet, beli tiket transportasi lokal, atau membeli kartu SIM lokal," katanya.
Sedangkan untuk berbelanja, ia mengaku lebih memilih menggunakan sistem cashless dengan cara memanfaatkan transaksi lewat mesin EDC. "Belanja di minimarket, misalnya saat di Hong Kong, saya pakai debit atau kartu kredit," katanya. Sistem pembayaran EDC akan menguntungkan karena duit yang keluar dari rekeningnya sesuai dengan nominal harga dari barang yang ia belanjkan.
Adapun soal alasan tak gemar membawa uang tunai, Febrian berkisah pernah mengalami pengalaman tak mengesankan. Kejadian tersebut berlangsung ketika ia tengah melakoni trip di Korea Selatan. Ia mengenang, uang tunainya (senilai Rp 750 ribu bila dikonversi ke rupiah) hilang diambil seorang rekan. Dari pengalaman itu, pegiat jalan-jalan sekaligus musikus ini merasa kapok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca Juga:
3 Aplikasi Penterjemah yang Praktis Saat Traveling ke Luar Negeri
Sistem menarik duit di ATM luar negeri juga lebih dipilih traveler kawakan Trinity. Trinity, yang ditemui di Gramedia Matraman, Jakarta Pusat, Minggu sore, 26 Agustus, mengatakan merasa lebih aman saat ia menarik tunai melalui mesin anjungan di negara tujuan pelancongannya.
"Karena kita enggak harus bawa uang segepok," ujarnya. Selain itu, money changer biasanya memiliki perhitungan konversi sendiri untuk menarik komisi. Meski demikian, Trinity mengimbau pelancong lebih dulu memastikan bahwa ATM-nya bisa berlaku di luar negeri.
"Kalau mau aman, kita ke bank dulu untuk tanya kartu kita bisa enggak dipakai di luar negeri," ujarnya. Trinity juga menyarankan pelancong mencari referensi sebanyak-banyaknya soal keberadaan ATM di negara yang hendak disambangi. Sebab, ada negara yang tidak memiliki mesin ATM. Ada pula sejumlah negara, seperti Brasil, yang jarang memasang ATM 24 jam. "Di Brasil, ATM itu sampai jam 22.00," katanya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA