Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Terpukau pada Air Terjun Tujuh Tingkat di Kabupaten Tambrauw

Kabupaten Tambrauw mempunyai bentang lanskap yang tak tanggung-tanggung. Salah satunya air terjun tujuh tingkat

25 Mei 2018 | 13.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Masyarakat Distrik Miyah mempraktikkan cara mencari ikan di Air Terjun Anenderat atau Air Terjun Tujuh Tingkat, Distrik Miyah, Papua Barat, Rabu, 18 Mei, menjelang petang. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, memiliki potensi alam yang belum terekspose. Padahal, tak kalah dengan Raja Ampat, wilayah yang 80 persennya merupakan daerah konservasi ini mempunyai bentang lanskap yang tak tanggung-tanggung. Salah satunya air terjun tujuh tingkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Air terjun tujuh tingkat itu adalah Air Terjun Anenderat. Lokasinya di Distrik Miyah. Distrik ini berada di bagian perut Kabupaten Tambrauw, 3 jam ditempuh dari Fef, ibu kota kabupaten.

Tempo mengunjungi air terjun itu pada Rabu, 16 Mei 2018. Lantaran belum tereksepose, perjalanan mencari air terjun harus melalui medan menantang, yakni berkelok-kelok, berlumpur, berlubang, dan kudu membelah hutan.

Air terjun ini tersembunyi di balik perkampungan di Distrik Miyah. Tak ada petunjuk arah sepanjang jalan. Hanya ada penanda plang semi-permanen yang dibuat warga begitu sampai di kawasan air terjun. Plang itu bertuliskan “Selamat Datang di Air Terjun Anenderat”.

Pintu masuk air terjun tepat berada di samping kantor Distrik, Jalan Weku Nomor 1 Kampung Siakwa. Wisatawan bisa memarkirkan kendaraannya di sana, lantas melanjutkan perjalalanan dengan hikking melintasi rumah-rumah penduduk lebih-kurang 300 meter.

Di punggung kampung membentang sungai selebar kira-kira 50 meter, yakni Sungai Kamundan. Untuk menuju air terjun, wisatawan harus melewati sungai. Lantaran belum tersedia jembatan peghubung, cara satu-satunya menuju ke sana adalah dengan menyebrangi sungai.

Tinggi rata-rata air Sungai Kamundan pada kondisi normal ialah sebetis orang dewasa. Sedangkan saat hujan turun, debit air naik dan sungai akan meluap. Pengunjung harus menunggu surut untuk menyeberang lantaran arus cukup deras.

Selepas menyebrang, hiking diteruskan dengan memasuki kawasan hutan dengan jalur yang cukup terjal dan licin. Banyak akar pepohonan melintang. Namun, dari situ, suara gerojogan limpahan air terjun sudah jelas terdengar. Suaranya tegas memantik semangat. Semu-semu, limpahan air terjun pun mulai keihatan.

Makin masuk hutan, makin jelas penampakan air terjun tujuh tingkat itu. Tinggi luncuran airnya kira-kira mencapai 200 meter. masing-masing tingkat itu dipisahkan oleh kolam. Kepala Distrik Miyah Sofi, yang ditemui Tempo pada Rabu, 16 Mei 2018, di kolam ini, penduduk lokal biasa memancing.

“Ada ikan gabus di sana,” ujarnya. Masyarakat sekitar akan memancing dengan cara tradisional menggunakan akar melinjo yang dipilin menjadi benang. Benang inilah yang digunakan untuk memantik sasaran. Fungsinya sama seperti umpan.

Air terjun ini oleh masyarakat sekitar dipercaya sebagai sumber kehidupan warisan leluhur yang harus dijaga. Maka itu, masyakarat sangat menjaganya. Tak heran, air terjun dan aliran sungainya bersih dari sampah.

Waktu terbaik mengunjungi Air Terjun Anenderat di Kabupaten Tambrauw adalah saat musim kemarau. Pada waktu curah hujan rendah, air sangat jernih. Tidak ada lumpur yang terbawa arus sehingga membuat air keruh seperti saat musim hujan. Untuk menuju Air Terjun Anenderat, pelancong harus menuju Distrik Miyah. Miyah bisa ditempuh melalui dua pintu masuk, yakni dari Manokwari dan Sorong. Dari Sorong, waktu tempuh ke Miyah berkisar lebih-kurang 10 jam dengan rincian Sorong – Sausapor (Ibu Kota Sementara Tambrauw) 3-4 jam, Sausapor – Fef (Ibu Kota Tambrauw) 3 jam, dan Fef – Miyah 3 jam. Sedangkan dari Manokwari, Miyah bisa ditempuh dalam waktu lebih-kurang 5 jam. Adapun ritenya adalah Manokwari – Kebar 3-4 jam dan Kebar – Miyah 1 jam.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput politik untuk kanal nasional.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus