Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Tiga Menguak Panggung

Panggung teater Indonesia disentuh oleh tiga sutradara film: Garin Nugroho, Joko Anwar, dan Riri Riza. Tahun ini adalah tahun teater musikal untuk mereka.

5 Juli 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga sutradara film Indonesia akan mengguncang panggung Jakarta. Mulai pekan ini, masyarakat Indonesia bisa menikmati pertunjukan panggung musikal Diana: Rahasia Hatiku garapan sutradara Garin Nugroho di Jakarta Convention Centre. Adapun Joko Anwar akan menyajikan drama panggung musikal Onrop! Musikal di Grand Theater Taman Ismail Marzuki pada November, yang kemudian disusul dengan Laskar Pelangi the Musical arahan Riri Riza di tempat yang sama pada Desember.

Kenapa dari layar perak mereka menjajal panggung?

”Ini obsesi saya yang sudah cukup lama terpendam,” kata Bre Redana, redaktur harian Kompas yang menulis skenario drama Diana bersama Agus Noor. Bre mengaku sering menyaksikan pertunjukan musikal di beberapa negara, di antaranya Mamma Mia, yang diambil dari lagu-lagu ABBA. ”Saya pikir, kita bisa membuat semacam Mamma Mia yang merekonstruksi sebuah cerita yang diambil dari diskografi sebuah kelompok musik: Koes Plus.” Kebetulan pula tahun ini adalah ulang tahun harian Kompas yang ke-45 tahun.”

Maka Bre Redana dan redaktur Kompas Minggu, Frans Sartono, melakukan riset lagu-lagu Koes Plus. Bre mengajak sastrawan Agus Noor bersama-sama menulis skenario drama itu dan memilih Garin Nugroho untuk menyutradarainya.

Baik Garin Nugroho, Bre Redana, maupun Yockie Suryoprayogo sepakat bahwa 20 lagu dari Koes Bersaudara dan Koes Plus, antara lain Diana, Dara Manisku, Rahasia Hatiku, Da Silva, dan Kelelawar, akan didominasi dengan sentuhan musik rock. ”Saya memang lebih akrab bergaul dengan musik ekspresionis seperti rock,” kata Yockie ketika ditemui Tempo saat berlatih di Solo. Yockie menyadari bahwa lagu-lagu Koes Plus sudah pernah diaransemen dan diproduksi albumnya beberapa tahun lalu oleh Erwin Gutawa. Bagaimana tantangannya agar aransemen Yockie tidak melalui ”penderitaan” perbandingan dengan aransemen Erwin? ”Saya sempat mendengar satu kali di televisi saat promo. Saya rasa, saat saya menginterpretasikan, saya tak punya niat untuk mirip atau tidak mirip,” kata Yockie.

Bagi Garin Nugroho, meski dia lebih dikenal sebagai sutradara film, sebetulnya panggung teater bukanlah sesuatu yang baru. ”Sebelumnya saya sudah pernah menyutradarai pementasan teater Opera Jawa di luar negeri,” katanya. ”Saya juga menyutradarai film musikal Slank berjudul Generasi Biru,” kata Garin.

Sutradara film Joko Anwar yang akan mementaskan pertunjukan Onrop! Musikal, November nanti, mengaku bahwa ini untuk pertama kalinya ia menyutradarai sebuah pertunjukan musikal panggung. ”Ini dimulai karena saya mendapat ide cerita yang memang cocok untuk sebuah pertunjukan musikal,” kata Joko. ”Saya merasa terlalu banyak peristiwa yang aneh dan lucu di negeri ini. Dan itu cocok digambarkan dengan parodi dan musik,” kata Joko. Onrop! Musikal bercerita tentang sebuah masyarakat pada 2020 yang penuh dengan peraturan moral yang luar biasa ketat dan tak masuk akal. Karena kekonyolan peraturan moral itu, banyak sekali seniman yang dihukum di sebuah pulau.

Skenario dan lirik lagu yang ditulis sendiri oleh Joko Anwar itu sungguh lucu dan mengingatkan kita akan gaya Teater Koma di masa keemasan mereka pada 1990-an. Penuh kritik sosial, menonjok, dan bermain-main.

”Saya meminta Aghi Narottama, Bemby Gusti, dan Ramondo Gascaro menciptakan musik dan lagu berdasarkan skenario ini,” kata Joko sembari menyalakan CD lagu-lagu yang akan dipentaskan pada November nanti. ”Musik gaya Broadway, sehingga problem sosial yang berat ini bisa dinikmati dengan ringan,” kata Joko.

Joko Anwar, bekerja sama dengan Afi Shamara, di bawah payung Six Stories Productions mengadakan audisi 1.000 calon pemain dan penari sejak dua bulan lalu. Dari muka-muka terkenal hingga para penyanyi dan penari amatir yang belum pernah menyentuh panggung, semua beraudisi agar bisa bergabung dengan pertunjukan ini. ”Kami mementingkan kemampuan mereka berkisah melalui lagu,” kata Joko. ”Jadi, meski suaranya bagus atau tubuhnya lentur, kalau dia hanya bisa menyanyi di studio, kami tak akan memilihnya.”

Itu sebabnya, dari 1.000 peserta itu, Joko Anwar dan timnya serta Eko Supriyanto sebagai koreografer justru memilih nama-nama baru di dunia hiburan. ”Ada satu-dua nama yang terkenal juga, seperti Ariyo Bayu dan Ary Kirana (penyanyi Warna—Red),” kata Joko. ”Tapi selebihnya, nama-nama baru yang kemampuan suara dan tarinya luar biasa tinggal kami bentuk saja,” kata Joko.

Dengan ongkos awal Rp 3 miliar, Joko mengaku produksi ini mencoba berbuat semaksimal mungkin karena, ”Ongkos akan cukup besar di set tata artistik yang menggambarkan terminal busway, sebuah pulau dengan pantainya, dan juga beberapa set lain yang memang mahal,” kata Joko. Bersama Afi Shamara, Joko mengaku akan mencari sponsor lagi agar mereka bisa menerjemahkan cerita sesuai dengan bayangan mereka.

Soal ongkos produksi memang sesuatu yang penting. Produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza, yang akhir tahun ini akan mementaskan Laskar Pelangi the Musical, mengaku bahwa ada kemungkinan produksi musikalnya ini sama mahalnya dengan ongkos film Laskar Pelangi (ongkos film Laskar Pelangi Rp 8 miliar—Red). ”Kami masih menghitung-hitung, karena dalam proses, bisa bertambah, bisa juga berkurang,” kata Mira. Pertunjukan musikal ini sudah lama mereka rancang karena akan dipentaskan secara besar-besaran untuk peresmian Grand Theatre Taman Ismail Marzuki.

Untuk pertunjukan musikal ini, Mira sendiri yang menangani penulisan skenario sekaligus penulis lirik lagu. Riri Riza bertindak sebagai sutradara menggandeng Erwin Gutawa sebagai music director, Jay Subiyakto sebagai penata desain artistik, dan Hartati sebagai koreografer. ”Kami akan memasukkan unsur Melayu, bukan hanya dalam musik dan dialog, melainkan juga dalam rasa,” kata Riri kepada Tempo.

Ketiga sutradara film ini sama-sama mengaku bahwa tantangan menyutradarai pertunjukan teater (musikal) adalah menjaga kesinambungan emosi pemain. ”Dalam film, kita masih melalui tahap editing,” kata Garin Nugroho, ”tapi pada pertunjukan, emosi pemain harus terus terjaga hingga selesai.”

Riri mengaku bahwa pengalamannya dalam membuat film musikal Petualangan Sherina dan film pendek Drupadi yang menggunakan konsep teater itu sangat banyak menyumbang dalam penyutradaraan Laskar Pelangi the Musical ini. Riri, yang sudah biasa menyutradarai anak-anak dalam beberapa filmnya, mengatakan bahwa dalam audisi kali ini tentu saja yang dipentingkan adalah anak-anak yang bisa menyanyi dan menari. Tugas mengaudisi anak-anak Jakarta untuk berperan sebagai anak-anak Belitong ini tentu bukan pekerjaan mudah.

”Kami memutuskan untuk membuat workshop selama dua bulan, membentuk gerak tari dan blocking bersama sekelompok penari dan penyanyi dewasa,” kata Mira. ”Setelah terbentuk, baru kami akan mengaplikasikannya pada pemain anak-anak.”

Lalu, dengan sentuhan ketiga sutradara ini dengan panggung, apakah berarti mereka akan meninggalkan dunia film? Sama sekali tidak. Joko Anwar sedang menyiapkan film Eksekutors, yang akan mulai syuting pada 2011. Riri Riza juga sudah memulai riset untuk film Bumi Manusia—yang diangkat dari karya Pramoedya Ananta Toer—yang akan diproduksi tahun depan.

Sentuhan mereka dengan panggung teater, seperti dikatakan oleh Garin, adalah karena, ”Ide bisa bermetamorfosis menjadi apa saja: teater, film, novel, game, atau seni instalasi. Ini adalah salah satu bentuk metamorfosis saja.”

Jika tahun 2010 ini berhasil menunjukkan ”metamorfosis” yang sukses bagi ketiga sutradara film itu, siapa tahu dunia panggung (teater musikal) akan menjadi lebih semarak.

Leila S. Chudori, Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus