Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah depo sampah di Yogyakarta kini tak lagi menebarkan pemandangan kotor dan bau busuk akibat tumpukan sampah tak terangkut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah mengosongkan sejumlah depo yang menimbun tumpukan sampah berbulan-bulan hingga berceceran di jalan, pemerintah kota Yogyakarta juga mulai membuatkan taman agar depo sampah itu terlihat segar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Taman ini untuk merombak image depo sampah yang sebelumnya terkesan kumuh karena banyaknya sampah tidur menjadi kawasan yang lebih tertata, bersih, dan asri mengingat Yogya kota wisata," kata Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo, Selasa 11 Maret 2025.
Hasto membeberkan jika penataan ulang depo sampah tidak hanya sebatas pengelolaan sampah, tetapi juga berupaya menghadirkan nilai estetika di sekitarnya. “Dengan konsep taman di depo sampah ini harapannya menjadi energi positif, jangan sampai depo itu menjadi tempat yang menyebarkan ketidaknyamanan tapi jadi titik yang enak dipandang," kata dia.
Hanya saja, bukan penghijauan depo yang jadi sasaran utama. Kebersihan lingkungan, menurutnya tetap menjadi prioritas. "Jadi bukan hanya menata ulang depo, tapi membersihkan sampah, menata kawasan sekitar, dan kalau perlu membangun taman agar lingkungan semakin nyaman," ujar Hasto.
Ia mencontohkan, di kawasan heritage Kotabaru, depo sampah terpaksa ditutup agar sampah tak mengganggu kawasan cagar budaya tersebu. Selain itu pemerintah kota Yogyakarta juga akan menutup depo sampah Lempuyangan yang lokasinya berdekatan dengan Stasiun Lempuyangan.
Hasto menargetkan sebelum Hari Raya Idul Fitri 2025 setidaknya 14 depo sampah terbesar di Yogyakarta bisa dikosongan dari sampah tidur dan dipercantik dengan taman segar. "Agar saat libur Lebaran total ada sebanyak 46 depo baik yang besar dan kecil yang ada di kota Yogya semua sudah bersih dari sampah," katanya.
Depo-depo sampah di Kota Yogyakarta yang dikosongkan kini dilengkapi taman. Dok. Istimewa
Tak hanya pengosongan depo sampah. Hasto mengatakan saat ini sistem pengelolaan sampah terpadu Intermediate Treatment Facility atau ITF Bawuran milik pemerintah kota Yogyakarta yang berada Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul juga sudah mulai beroperasi.
ITF Bawuran akan menjadi solusi mengatasi persoalan darurat sampah Kota Yogyakarta pasca Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu atau TPST Piyungan ditutup karena overload. "Jadi ITF Bawuran ini menjadi outlet utama mengelola sampah Kota Yogyakarta, karena saat ini kami hanya mampu menyelesaikan sekitar 150 ton dari total 300 ton sampah harian," katanya.
Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta Beny Suharsono mengatakan dengan operasional ITF Bawuran untuk mengatasi sampah perkotaan menjadi cara desentralisasi pengelolaan sampah secara keseluruhan. Sehingga tak ada lagi kabupaten-kota yang mengandalkan pembuangan sampah akhir ke TPST Piyungan yang telah melebihi kapasitas dan rawan bencana akibat sampah menggunung.
"ITF Bawuran tidak akan langsung beroperasi dengan kapasitas maksimal, sampah yang diolah maksimal 50 ton perhari selama uji coba hingga bulan April mendatang
untuk memastikan sistem berjalan lancar sebelum kapasitas penuh," kata dia.
Pengelola ITF Bawuran Yuli Budi Sasangka mengatakan operasional ITF Bawuran dijalankan melalui skema kerja sama operasional dengan berbagai pihak. "Tarif pengelolaan sampah di ITF Bawuran saat ini sebesar Rp 460 ribu per ton. Namun, tarif ini akan diformalkan dalam peraturan agar seragam," ujarnya.
Sebelum dioperasionalkan, mesin insinerator tersebut telah melalui uji kualitas udara yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Lingkungan DLHK DIY. Dari hasil uji ini menunjukkan Total Suspended Particulates atau TSP mencapai 231,55 mikrogram per meter kubik, sedikit di atas baku mutu 230 mikrogram per meter kubik. "Sebelum mesin insinerator dioperasikan telah dilakukan uji emisi dengan hasil semua parameter berada di bawah baku mutu lingkungan," ujarnya.