Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Tur Virtual Jakarta, Dari Elang Bondol Hingga Baju Si Pitung

Atourin menggelar tur virtual menelisik destinasi wisata seputar ibu kota, untuk merayakan HUT ke-493 Jakarta.

23 Juni 2020 | 13.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pedagang kaki lima berjualan di kawasan pusat kuliner Lenggang Jakarta Monas, Jakarta, 16 Maret 2016. Pengambil alihan ini bertujuan menurunkan harga jual produk pedagang yang saat ini dinilai cukup tinggi bagi konsumen. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Jakarta yang ke-493, perusahaan teknologi pariwisata, Atourin mengadakan tur virtual. Atourin bermitra dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DKI Jakarta dan Wisata Kreatif Jakarta mengadakan tur virtual tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tur virtual itu bertema Keliling Jakarta yang akan berlangsung selama tujuh hari, dimulai bertepatan dengan HUT Jakarta, pada Senin, 22 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Layar ponsel atau komputer menampilkan gambar elang bondol yang mencengkeram salak. "Elang bondol (gambar) dipakai (logo) Transjakarta yang lama," kata pendiri Wisata Kreatif Jakarta, Ira Lathief yang memandu tur virtual bertema Budaya dan Kuliner Betawi, Senin, 22 Juni 2020.

Elang bondol adalah maskot Jakarta, bermula dari Keputusan Gubernur Nomor 1796 Tahun 1989. Gubernur Ali Sadikin menetapkan elang bondol sambil mencengkeram salak Condet itu sebagai maskot Jakarta.

Sebelum tur virtual berlanjut menjelajahi beberapa tempat, Ira menjelaskan tentang delapan ikon budaya Betawi. Kemudian, kunjungan virtual di Lenggang Jakarta. Peserta tur virtual diajak untuk melihat suasana area pusat kuliner di Monumen Nasional atau Monas itu.

"Masa transisi (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini, Monas sampai sekarang belum dibuka. Belum ada yang bisa memastikan juga kapan dibuka," tuturnya.

Bila ingin mengenal budaya Betawi lewat kuliner, menurut Ira, Lenggang Jakarta termasuk tempat yang cocok untuk berwisata. Pengunjung bisa menemukan kerak telor dan bir pletok. Mengenai kerak telor, Ira sempat menceritakan singkat julukan makanan itu, "Omelet Batavia," tuturnya.

Kerak telor mulai terkenal sebagai kuliner khas Jakarta, pada 1970-an. Saat itu kuliner yang menggunakan memadukan telur, ketan, ebi, parutan kelapa tersebut mulai dijual di tempat ramai. "Sebelum itu, belum sangat populer," katanya.

Pandangan beralih menampilkan sebuah kedai, Soto Betawi Rohaye. Perjalanan virtual telah berlanjut ke kawasan Tanah Abang. Sebelum layar berfokus menampilkan gambar tentang makanan, rute yang dilewati sempat menyusuri Jalan K.H Mas Mansyur.

Ira menceritakan di kawasan Tanah Abang, dekat Pasar Kambing, orang-orang yang berkunjung bisa menemukan dagangan baju pangsi. "Baju pangsi yang dipakai Si Pitung. Baju pangsi bisa ditawar itu satu setel dengan cukin Rp200 ribuan," katanya.

Kemudian tiba di sebuah tempat yang juga ramai orang berdagang. "Belanja oleh-oleh umrah di sini. Ini Pasar Seng," tuturnya.

Sejumlah warga membeli 'Baju Pangsi' di kawasan Tanah Abang, Jakarta, (5/8). Menjelang Lebaran warga Betawi membeli baju tradisional Betawi ini untuk memeriahkan Lebaran Betawi yang biasa dilakukan di beberapa tempat di Jakarta. TEMPO/Yosep Arkian

Sesungguhnya, Pasar Seng berada di Makkah, di pelataran Masjidil Haram. Namun, tahun 2008, ketika adanya proyek memperluas Masjidil Haram, Pemerintah Arab Saudi menggusur Pasar Seng.

Tetapi, di Tanah Abang itu akan menemukan berbagai barang dagangan termasuk makanan yang biasanya ditemukan di Makkah. Para jemaah haji dan umrah tak jarang menyempatkan mendapat oleh-oleh Pasar Seng di Tanah Abang, ketika tiba di Jakarta.

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus