Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Pariwisata Massal Sebabkan Kerusakan Taman Nasional di Spanyol

Taman Nasional Teide terdiri dari stratovolcano Teide-Pico Viejo. Puncaknya setinggi 3.718 mdpl merupakan yang teringgi di Spanyol.

15 April 2025 | 11.12 WIB

Taman Nasional Gunung Teide, Tenerife, Kepulauan Canary. Unsplash.com/Elijah G
Perbesar
Taman Nasional Gunung Teide, Tenerife, Kepulauan Canary. Unsplash.com/Elijah G

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kelompok ilmuwan dan pencinta lingkungan di Kepulauan Canary, Spanyol, mengkritik pariwisata massal di Taman Nasional Teide, Tenerife, yang dianggap menyebabkan kerusakan situs Warisan Dunia UNESCO tersebut. Para pengunjung banyak yang menyimpang dari jalur dan memanjat medan yang dilindungi di taman nasional tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Taman Nasional Teide menampilkan stratovolcano Teide-Pico Viejo dengan ketinggian 3.718 meter. Puncak tertinggi di wilayah Spanyol itu menawarkan pemandangan spektakuler dari lanskap vulkanik yang unik. Taman nasional yang merupakan tujuan liburan yang populer di negara tersebut juga menjadi umah bagi flora dan fauna yang unik di daerah tersebut, termasuk makhluk kecil seperti kadal Tenerife. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Badan pariwisata Tenerife mengatakan bahwa Taman Nasional Teide merupakan taman nasional yang paling banyak dikunjungi di Eropa. Setiap tahun, kawasan ini dikunjungi sekitar tiga juta pelancong. 

Taman Nasional Teide juga menjadi lokasi syuting episode pembuka serial televisi Lord of The Rings: The Rings of Power. Adegan pembuka itu memperlihatkan The Stranger melintasi lanskap berbahaya Rhûn bersama rekan-rekan Harfoot-nya. Rhûn adalah bagian dari peta Middle-earth yang Tolkien berikan sedikit detail dalam tulisannya.

Perusakan oleh Wisatawan

Dalam unggahan di media sosial, Ahad, 13 April 2025. Jaime Coello Bravo, direktur Yayasan Telesforo Bravo–Juan Coello, mengatakan bahwa Taman Nasional Teide "tersakiti". Bravo mengecam Cabildo de Tenerife (Dewan Pulau Tenerife) karena membiarkan dan mempromosikan perusakan atas taman yang disebut sebagai permata mahkota alam yang dilindungi di Tenerife. Menurut dia, jika permata mahkota saja diperlakukan seperti ini, bagaimana dengan ruang lainnya? "Kita tahu karena sebagian besar sama atau lebih buruk. Ini adalah skandal dan memalukan karena kurangnya respons, tidak adanya tindakan, dan keterlibatan dalam situasi yang tidak berkelanjutan," kata dia, seperti dilansir Independent.co.uk.

Bravo juga mengunggah foto dan video tempat parkir mobil yang dipenuhi pengunjung. "Dalam foto-foto tersebut, Anda dapat melihat bagaimana Minas de San José beberapa hari lalu," katanya. "Kepadatan kendaraan tak terlukiskan."

Di video itu, sejumlah pelancong juga terlihat memanjat formasi batuan vulkanik dan mengambil foto, serta seorang wanita tampak mengambil batu. "Orang-orang keluar jalur dan memanjat ke mana-mana juga. Selain itu, kita dapat melihat orang-orang memilih batu dan membawanya keluar jalur di area lain Taman, di depan [Gunung] Guajara."

Pendakian Dibuka untuk Kelompok Tertentu 

Kritik dari aktivis lingkungan itu muncul beberapa hari setelah Cabildo de Tenerife mengumumkan sistem reservasi daring untuk jalur tertentu di sekitar taman nasional. Dewan membuka akses pejalan kaki ke jalur menuju puncak Taman Nasional Teide untuk federasi gunung dan profesional serta perusahaan pariwisata resmi yang harus memenuhi serangkaian persyaratan seperti izin dan peralatan tertentu.

Akses akan diizinkan bagi mereka yang terdaftar di Daftar Pariwisata Pemerintah Kepulauan Canary di bawah tajuk kegiatan hiking, pendakian gunung, dan/atau trekking, dengan pemandu terakreditasi dengan kualifikasi yang diperlukan. Sistem reservasi daring ini diklaim disiapkan untuk melestarikan lingkungan alam dan mengendalikan masuknya orang ke taman nasional populer di Spanyol itu. 

Kepulauan Canary menjadi salah satu wilayah di Spanyol yang mengalami pariwisata berlebihan atau overtourism. Tahun lalu, gelombang protes muncul dari warga lokal karena pariwisata massal dianggap mengganggu kehidupan mereka dan menyebabkan harga properti menjadi sangat mahal sehingga tidak terjangkau. 

Mila Novita

Bergabung dengan Tempo sejak 2013 sebagai copywriter dan menjadi anggota redaksi pada 2019 sebagai editor di kanal gaya hidup. Kini menjadi redaktur di desk Jeda yang meliputi gaya hidup, seni, perjalanan, isu internasional, dan olahraga

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus