Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Setelah berhasil mengibarkan bendera Merah-Putih di puncak Everest, mahasiswi pendaki gunung Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, akan butuh 3 hari untuk turun sampai ke Everest Base Camp.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fransiska dan Mathilda adalah anggota Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unversitas Parahyangan (WISSEMU). “Puji Tuhan Summit! Saat ini tanggal 17 Mei 2018, pukul 5.50 Sang Saka Merah Putih berkibar di puncak Everest," demikian Mathilda Dwi Lestari mengabarakan via komunikasi satelit ke tim pendukung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pencapaian puncak gunung tertinggi di dunia yang berada di ketinggian 8.848 meter dari permukaan laut itu menjadi pelengkap misi ekspedisi mencapai tujuh gunung tertinggi di di tujuh benua dunia atau Seven Summits. Tim merintisnya secara bertahap sejak 2014 dimulai dari pendakian ke puncak Gunung Carstenz di Papua.
Anggota tim pendukung di Bandung, M.Reinaldo Theta Auriga mengatakan, perkiraan waktu turun dari puncak selama tiga hari. Sampai di ke Everest Base Camp kembali pada 20 Mei 2018. "Kalau untuk turun jalurnya masih sama dengan waktu naik," katanya Kamis, 17 Mei 2018.
Sementara mantan anggota tim pendaki, Dian Indah Carolina (alias Caro) mengatakan, setelah mengibarkan Merah Putih di puncak, tim kembali ke Camp 3.
"Kami terharu ketika mendengar bendera Merah Putih dapat berkibar sekali lagi di puncak tertinggi di dunia. Kami sangat bersyukur masih dapat mendengar berita menggembirakan dan bangga sebagai perempuan Indonesia," katanya kepada Tempo, Kamis, 17 Mei 2018.
Tim dan keluarga sangat menantikan kepulangan Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari. "Penasaran mau dengar mereka bercerita perasaan dan pengalaman selama disana," kata Caro.
Rencananya mereka dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada 30 Mei 2018.
Ekspedisi ini didukung oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), Multi Karya Asia Pasifik Raya, Universitas Katolik Parahiyangan, dan Mahitala UNPAR.
ANWAR SISWADI